Jumat 24 Apr 2020 14:33 WIB

Sel Paru, Hidung, dan Usus Paling Rentan Terhadap Corona

Peneliti temukan tiga sel tubuh paling rentan terhadap virus corona.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Foto rontgen dada dari salah satu korban virus corona di Wuhan menunjukkan kelainan ground glass opacity. Sel paru termasuk rentan untuk diusik virus corona, di samping hidung dan usus.
Foto: www.rsna.org
Foto rontgen dada dari salah satu korban virus corona di Wuhan menunjukkan kelainan ground glass opacity. Sel paru termasuk rentan untuk diusik virus corona, di samping hidung dan usus.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti dari Massachusetts Institute of Technology menemukan ada sel-sel tubuh yang lebih rentan terhadap virus corona. Sel-sel tersebut adalah sel-sel yang berada di paru-paru, usus dan bagian hidung.

"Karena kami memiliki gudang informasi yang luar biasa ini, kami mampu untuk mulai mencari seperti apa sel target untuk infeksi," jelas peneliti sekaligus ahli kimia dari Massachusetts Institute of Technology Alex Shalek, seperti dilansir Fox News.

Baca Juga

Alex mengatakan, himpunan data ini memang tidak dirancang khusus untuk studi Covid-19. Akan tetapi, Alex berharap temuan ini dapat berguna untuk upaya penemuan vaksin Covid-19.

Di paru-paru, sel yang paling rentan terhadap infeksi virus corona adalah pneumosit tipe II. Sel-sel pneumosit tipe II merupakan salah satu jenis sel yang melapisi kantung udara di paru-paru.

Pada usus, sel-sel yang paling rentan terhadap infeksi virus corona adalah sel-sel absorptive enterocyt. Sel-sel ini berperan dalam penyerapan beberapa nutrisi.

Sedangkan di bagian hidung, sel-sel yang paling rentan terhadap infeksi virus corona adalah sel-sel yang memproduksi mukus bernama sel goblet.

Leih lanjut, tim peneliti juga menemukan bahwa Covid-19 saat ini mengeksploitasi interferon. Interferon merupakan protein yang membantu tubuh untuk melawan infeksi virus.

Dari temuan ini, tim peneliti menilai virus corona mungkin sudah berevolusi dan mampu merusak bagian sistem pertahanan alami dari host atau inang yang diinfeksi. Kondisi ini akan memberikan keuntungan bagi virus corona untuk tetap bertahan.

Saat ini, pasien-pasien yang terinfeksi hepatitis B dan C kerap dirawat dengan interferon untuk melawan virus-virus tersebut. Akan tetapi, cara yang sama belum tentu bisa dilakukan untuk kasus infeksi virus corona.

"Satu-satunya cara untuk mulai memahami ini adalah melalui uji klinis terkontrol yang dilakukan dengan hati-hati," jawab Shalek.

Langkah selanjutnya yang akan dilakukan tim peneliti adalah melakukan profiling terhadap model jaringan, termasuk sel-sel yang sudah diketahui paling rentan terhadap virus corona ini. Temuan ini nantinya bisa dimanfaatkan untuk memprediksi efektivitas obat-obat antivirus potensial untuk melawan infeksi SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19. Temuan lengkap dari studi ini telah dipublikasikan pada jurnal Cell.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement