REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Lima pekan sudah krisis akibat penyakit infeksi virus corona tipe baru menghantam Amerika Serikat. Sebuah makalah yang diterbitkan di Journal of the American Medical Association mengenai sistem kesehatan terbesar di New York pun memberikan gambaran yang mengacaukan pemahaman terdahulu tentang ventilator dan Covid-19.
"Secara keseluruhan 88 persen dari pasien yang dirawat Northwell Health meninggal setelah dipasangi ventilator," kata Dr Safiya Richardson dari Feinstein Institutes for Medical Research dilansir New York Post, Jumat (24/4).
Karina W Davidson, penulis utama studi, mengatakan bahwa itu adalah angka yang menyedihkan bagi mereka yang memiliki gejala yang cukup parah hingga memerlukan rawat inap melalui instalasi gawat darurat. Davidson adalah profesor di Feinstein Institutes for Medical Research di Northwell Health.
Angka kematian dalam studi di jurnal JAMA ini hanya mencakup pasien yang meninggal atau dipulangkan. Sekitar setengah dari pasien yang dirawat selama periode penelitian masih diopname ketika analisis dilakukan, sehingga hasil akhir mereka tidak diketahui.
Analisis ini adalah yang terbesar dan paling komprehensif yang pernah diterbitkan sejauh ini dalam melihat perkembangan keberhasilan penanganan Covid-19 di Amerika Serikat. Para peneliti melihat catatan medis elektronik dari 5.700 pasien yang terinfeksi Covid-19 antara 1 Maret dan 4 April yang dirawat di 12 rumah sakit Northwell Health yang berlokasi di New York City, Long Island, dan Westchester County. Semua RS tersebut berada di pusat wabah.
Enam puluh persen pasien adalah laki-laki, 40 persen perempuan. Usia rata-rata pasien adalah 63 tahun.
"Sangat penting untuk melihat data Amerika karena kami memiliki sumber daya yang berbeda dalam sistem perawatan kesehatan kami dan demografi yang berbeda dalam populasi kami," kata Davidson.
Makalah ini juga menemukan bahwa dari mereka yang dirawat di rumah sakit, 57 persen mengidap hipertensi, 41 persen mengalami obesitas, dan 34 persen memiliki diabetes. Faktor risiko itu sejalan dengan daftar yang dibuat oleh Pusat Penyakit untuk Kontrol dan Pencegahan (CDC).
"Di antara pasien yang meninggal, mereka yang menderita diabetes lebih mungkin terpaksa memakai alat bantu napas atau mendapat perawatan di ICU dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki diabetes," tulis para peneliti.
Yang jelas, asma tak ada di daftar teratas. Karena dokter dan peneliti telah belajar lebih banyak tentang Covid-19, semakin sedikit peran asma dalam menentukan hasil perawatan.
Satu temuan mengejutkan lain dari penelitian ini adalah bahwa 70 persen pasien yang gejalanya cukup berat hingga perlu dirawat di rumah sakit tidak mengalami demam. Demam saat ini terdaftar sebagai gejala teratas dari Covid-19 oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS dan selama berminggu-minggu, banyak pusat pengujian untuk virus memulangkan pasien jika mereka tidak demam.
Davidson mengatakan bahwa sebagai hasil dari temuan itu, Northwell mendorong orang yang sudah punya masalah kesehatan, seperti hipertensi dan diabetes, yang berpotensi terkena virus dan yang mungkin tidak demam untuk berkonsultasi dengan dokter lebih cepat.