Kamis 19 Mar 2020 15:34 WIB

Tujuh Kebiasaan Modern yang Mengancam Kesehatan Otak

Gaya hidup modern yang ditunjang teknologi berdampak pada saraf otak.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Gaya hidup modern yang ditunjang teknologi berdampak pada saraf otak (Foto: Ilustrasi gaya hidup modern)
Foto: Republika/Prayogi
Gaya hidup modern yang ditunjang teknologi berdampak pada saraf otak (Foto: Ilustrasi gaya hidup modern)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gaya hidup modern yang ditunjang dengan teknologi memang membawa banyak kemudahan dalam aktivitas sehari-hari. Namun, gaya hidup seperti ini ternyata juga memiliki dampak yang merugikan pada jalur saraf di otak.

Akibatnya, gaya hidup modern juga bisa mendorong seseorang untuk berpikir lebih lambat dan bebal. Era hiperkonektivitas ini pada akhirnya bisa memicu seseorang untuk menjadi kurang produktif dan kurang efektif.

Baca Juga

Setidaknya ada tujuh kebiasaan dalam gaya hidup modern yang dapat memberi pengaruh kurang baik bagi otak. Berikut ini adalah ketujuh kebiasaan tersebut seperti dilansir The Ladders, Kamis (19/3).

Tidak Aktif Bergerak

Kemudahan yang dibawa teknologi membuat orang-orang di zaman moderen seperti saat ini cenderung kurang bergerak. Kurang melakukan aktivitas fisik dapat meningkatkan beragam risiko masalah kesehatan seperti penyakit jantung, obesitas, depresi, demensia dan kanker.

Kurang bergerak juga dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif. Studi dalam Journal of Comparative Neurology juga berhasil menemukan adanya hubungan antara perilaku tidak aktif dengan penurunan mental.

Multitasking

Multitasking/ tampaknya telah menjadi tuntutan bagi orang-orang yang hidup di zaman moderen. Namun, multitasking juga memiliki dampak tersendiri pada otak yang pada akhirnya akan membuat seseorang menjadi kurang produktif.

Ahli saraf dari MIT Earl Miller mengatakan otak manusia pada dasarnya tidak dirancang untuk melakukan multitasking dengan baik. Ketika seseorang berpikir bahwa dia sedang melakukan multitasking, yang sebenarnya terjadi adalah dia hanya berpindah dari satu tugas ke tugas lain dengan sangat cepat.

"Dan setiap kali dia melakukan itu, ada dampak terhadap fungsi kognitif yang akan terjadi," jelas Miller.

Multitasking juga diketahui dapat meningkatkan hormon stres kortisol dan juga hormon adrenalin. Dalam jumlah yang tinggi, hormon-hormon ini dapat menstimulasi otak secara berlebih dan menyebabkan seseorang sulit untuk berpikir jernih.

Informasi Berlebih

Terlalu banyak paparan informasi dari surel hingga media sosial dapat memicu terjadinya stres. Paparan informasi berlebih ini juga akan menyulitkan seseorang untuk bisa berkonestrasi pada satu tugas. Profesor di bidang psikologi dari Gresham College Glenn Wilson mengatakan distraksi dari informasi berlebih ini dapat menurunkan IQ efektif seseorang hingga 10 poin.

photo
Gaya hidup modern (Ilustrasi) - (Pixabay)

Duduk Terlalu Lama

Duduk dalam waktu lama merupakan salah satu hal terburuk yang bisa dilakukan manusia untuk kesehatannya. Studi dari UCLA mengungkapkan bahwa pola sedentari seperti duduk terlalu lama dapat memicu terjadinya penipisan pada area otak yang berkaitan dengan ingatan.

Orang-orang yang menerapkan gaya hidup seperti ini perlu mulai berupaya untuk mengurangi durasi duduk. Salah satu di antaranya adalah denagn melakukan intervensi seperti berjalan kaki atau berdiri setiap 10 menit saat duduk dalam waktu lama.

Menatap Layar Gawai

Beragam interaksi tatap muka saat ini sudah bisa tergantikan dengan tatap "layar" melalui teknologi seperti ponsel pintar dan laptop. Padahal, perbincangan tatap muka memiliki banyak manfaat bagi otak.

Studi dari University of Michigan menyatakan bahwa percakapan tatap muka 10 menit sehari saja sudah bisa membawa dampak positif bagi peningkatan daya ingat dan kognisi.

Kurangnya interaksi personal dapat memicu rasa kesepian dan depresi. Masalah mental seperti kesepian dan depresi memiliki kontribusi signifikan terhadap penurunan kesehatan otak.

Headphone

Keberadaan fitur noise-cancelling pada headphone atau earbud masa kini dapat membantu pengguna untuk menikmati musik dengan lebih menyenangkan dan tanpa gangguan. Sayangnya, sebagian orang kerap mendengarkan musik dengan suara yang terlalu keras melalui headpohone atau earbud.

Mendengarkan suara musik terlalu lama dapat memicu terjadinya kerusakan pada pendengaran. Kehilangan pendengaran pad aorang dewasa diketahui berkaitan pula dengan masalah otak, seperti Alzheimer dan berkurangnya jaringan otak.

 

Kurang Tidur

Tuntutan pekerjaan yang tinggi membuat banyak orang di era moderen ini mengalami kurangtidur. Kurang tidur memiliki dampak jangka pendek dan juga jangka panjang. Beberapa di antaranya adalah memperlambat waktu reaksi, memengaruhi kadar gula darah, suasana hati, memicu sakit kepala, gangguan daya ingat dan ketidakseimbangan hormon.

Studi terbaru juga menunjukkan bahwa kurang tidur dapat menyebabkan otak mengecil. Seperti diketahui, tidur yang cukup memegang peranan penting bagi kesehatan otak.

Ketika seseorang kurang tidur, kemampuan otaknya untuk memproses informasi hingga daya ingat juga ikut terganggu. Kurang tidur juga dapat menyebabkan seseorang berpikir lebih lambat, sulit berkonsentrasi dan kurang mampu membuat keputusan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement