Sabtu 14 Mar 2020 13:00 WIB

Jangan Salam Siku, WHO Ungkap Bahayanya

Ada bahaya di balik salam siku sebagai pengganti jabat tangan.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Salam siku ala Jusuf Kalla dan Sri Mulyani. Ada bahaya di balik salam siku dalam upaya pencegahan penyebaran dan penularan virus corona.
Foto: Dok. Asdep KIP/Setwapres
Salam siku ala Jusuf Kalla dan Sri Mulyani. Ada bahaya di balik salam siku dalam upaya pencegahan penyebaran dan penularan virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Di tengah ancaman penyakit infeksi virus corona tipe baru, Covid-19, salam siku dipopulerkan Istana, sebagai alternatif jabat tangan. Namun rupanya, salam siku tidak direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

Direktur Jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus menyarankan agar semua orang menghindari salam siku. Menurut Tedros, salam siku membuat interaksi jarak dekat dengan orang lain.

Baca Juga

Ketika bersalam siku, orang akan berada kurang dari satu meter satu sama lain. Alhasil, risiko penularan virus corona pun terbuka.

"Ketika menyapa orang, sebaiknya hindari salam siku, karena itu akan menempatkan Anda dalam jarak kurang dari satu meter dari orang lain," kata Tedros dilansir New York Post, Sabtu (14/3).

Dalam cicitannya di Twitter, Tedros mengungkap bahwa meletakkan tangan di dada merupakan alternatif salam terbaik.

"Aku sering meletakkan tanganku di dada ketika menyapa orang-orang belakangan ini," tulis Tedros.

Covid-19 telah menjadi pandemi global. Virus ini telah menyebar ke lebih dari 120 negara, menginfeksi 130 ribu orang lebih, sekitar 4.900 orang meninggal, dan lebih dari 68 ribu telah sembuh.

Agar tidak kian meluas, WHO menyarankan agar masyarakat menerapkan gaya hidup sehat, seperti rutin cuci tangan dengan sabun, mengenakan masker, juga meningkatkan daya tahan tubuh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement