Selasa 10 Mar 2020 04:37 WIB

5 Hal yang tak Diketahui Soal Rambut Rontok Pria

Rambut rontok dan kebotakan merupakan mimpi buruk yang ingin dihindari pria.

Rep: Adysha Citra Ramadhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Pria botak. ilustrasi
Foto: wikimedia
Pria botak. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rambut rontok dan kebotakan mungkin merupakan mimpi buruk yang ingin dihindari sebagian besar laki-laki. Laki-laki yang bermasalah terhadap rambut rontok dan risiko kebotakan mungkin bertanya-tanya apakah kondisi tersebut sebenarnya bisa dihindari atau tidak. Tak sedikit pula yang mungkin tak mengetahui opsi apa saja yang mereka miliki bila menghadapi masalah rambut rontok.

Untuk lebih memahami masalah ini, ada baiknya laki-laki mengetahui lima hal yang jarang diketahui terkait rambut rontok dan kebotakan. Berikut ini adalah kelima hal tersebut seperti dilansir Men's Health.

Baca Juga

Penyebab

Sekitar dua dari tiga laki-laki berisiko terhadap rambut rontok dan kebotakan. Satu hal yang mungkin jarang disadari, proses kerontokan rambut ini bisa dimulai sejak laki-laki mengalami pubertas.

Kerontokan rambut yang terjadi sesaat setelah pubertas kemungkinan dipengaruhi oleh berlebihnya produk sampingan dari testosteron yang bernama dihydrotestosterone (DHT). DHT yang berlebih dapat membuat folikel rambut mengecil sehingga rambut baru yang tumbuh dari folikel tersebut menjadi lebih tipis, lebih ringan dan lebih pendek. Lama kelamaan, tak ada satu pun rambut yang akan muncul dari folikel rambut itu.

Pola Kebotakan

Pola kebotakan lelaki atau male pattern baldness (MPB) berkaitan cukup dekat dengan genetik yang diturunkan dari pihak ibu. Selain itu, etnis atau ras juga turut memengaruhi kecenderungan seseorang untuk menjadi botak. Terkait ras, laki-laki kaukasian atau kulit putih lebih rentan terhadap rambut rontok dan kebotakan.

Risiko MPB pada laki-laki juga turut meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Sekitar 20 persen laki-laki berisiko terhadap kebotakan di usia 20-an. Sebanyak 30 persen laki-laki berisiko terhadap kebotakan di usia 30-an. Peningkatan ini terjadi begitu seterusnya seiring dengan pertambahan usia.

Lingkungan

Selain dari dalam diri, rambut rontok jga bisa dipicu oleh lingkungan. Salah satu di antaranya adalah stres. Stres diketahui dapat memicu terjadinya dua jenis kerontokan rambut yaitu alopecia areata (AA) dan telogen effluvium (TE).

AA merupakan penyakit autoimun di mana sel imun tubuh justru menyerang folikel-folikel rambut. TE merupakan kondisi di mana rambut rontok secara berlebihan selama periode stres, namun sifatnya tidak permanen. Baik AA maupun TE bisa diringankan dengan cara menurunkan kadar kortisol melalui tidur, meditasi dan olahraga.

Bantuan Obat-Obatan

Intervensi medis juga tersedia untuk membantu laki-laki yang bergelut dengan masalah rambut rontok serta kebotakan. Salah satu opsi yang semakin populer saat ini adalah obat inasteride, yaitu sebuah pil yang dapat menghalau produksi DHT.

Ada pula regaine yang merupakan bentuk topikal dari minoxidil. Regaine digunakan dengan cara diaplikasikan langsung pada kulit kepala. Regaine diyakini bekerja dengan cara meningkatkan aliran darah ke folikel rambut sehingga dapat menstimulasi pertumbuhan rambut.

Bila semua cara tidak berhasil, ada satu opsi lain yang bisa dilakukan. Opsi tersebut adalah transplantasi rambut. Akan tetapi, transplantasi rambut merupakan opsi yang membutuhkan biaya cukup besar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement