REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gelaran ketiga Fashion Rhapsody yang menghadirkan 1.000 rancangan terinspirasi dari Bumi berakhir Sabtu (29/2) setelah digulirkan sejak Rabu (26/2). Hasil penjualan tiket peragaan busana bertema "Harmoni Bumi" yang digagas oleh empat perancang mode, Ariy Arka, Ayu Dyah Andari, Chintami Atmanagara, dan Yulia Fandi itu disumbangkan untuk sedekah pohon, rumah ibadah, dan pembangunan sekolah melalui Dompet Dhuafa.
Yulia mengaku tema ini merupakan sebuah tantangan baginya. Apalagi, dalam kolaborasinya dengan UMKM di Palembang, Sumatra Selatan ini, ia menggunakan warna alami yang berasal dari buah-buah yang sudah jatuh dan tidak laku jika dijual.
"Buah-buah yang jatuh itu dijadikan pewarna alam. Lalu kami kerjakan sama-sama motifnya, bentuknya. Semoga ini jadi inspirasi,” kata Yulia dalam konferensi pers Fashion Rhapsody 2020: "Harmoni Bumi" yang digelar di The Tribrata, Jakarta Selatan.
Sementara itu, Ariy mengawali show tunggal pertamanya setelah delapan tahun berkecimpung sebagai seorang desainer. Tahun lalu, busana yang dibuat oleh Ariy lebih banyak ke desain bertema interior.
"Fahsion Rhapsody tahun ini, saya buat dari limbah benang dan sisa-sisa kain, saya bikin desain yang lucu. Semoga disukai masyarakat,” kata Ariy dalam kesempatan yang sama.
Lain halnya dengan Ayu. Desainer yang selalu menjadikan bunga mawar sebagai inspirasi dari setiap busananya itu memanfaatkan setiap potongan kain untuk dijadikan bunga.
"Setiap cutting tidak dibuang, diaplikasikan jadi bunga-bunga. Baju utama saya, dari bahan sisa-sisa itu, bisa berharga ratusan juta,” papar Ayu.
Chintami juga punya ciri khas. Dia selalu menampilkan tema kupu-kupu ke dalam rancangannya. Melalui dua jenama miliknya, Chintami Atmanegara dan Nagara by Chintami Atmanegara, aktris dan penyanyi yang kini fokus sebagai desainer itu mengeksplorasi keindahan kupu-kupu.
Nagara mengangkat kain-kain Indonesia, khususnya dari Jawa Barat, dengan sentuhan warna-warna alami dan dibordir bertema kupu-kupu. Sementara itu jenama yang mengusung namanya juga bertema kupu-kupu, tetapi juga dengan sentuhan bunga tempat kupu-kupu hinggap.
“Kupu-kupu ini unik. Dari kepompong jadi kupu-kupu. Serat kain juga dari kepompong. Kupu-kupu itu menurut saya sangat cantik,dan menggambarkan keceriaan. Saya tidak setuju kalau ada kupu-kupu dibunuh dengan air keras, diawetkan lalu dijadikan pajangan. Kupu-kupu layak untuk kita jaga, biarlah mati dengan sendirinya, jangan dibunuh, jadi saya inspirasikan di kain,” ucap Chintami.