Selasa 11 Feb 2020 18:22 WIB

Ahli: Hanya 10 Persen Populasi tak Terkena Kanker Paru

Ada faktor genetik yang belum bisa dijawab secara medis terkait kanker paru.

Hasil sebuah penelitian mengungkapkan bahwa hanya 10 persen populasi manusia yang tidak terkena kanker paru meskipun aktif sebagai perokok (Foto: ilustrasi kanker)
Foto: Prayogi/Republika
Hasil sebuah penelitian mengungkapkan bahwa hanya 10 persen populasi manusia yang tidak terkena kanker paru meskipun aktif sebagai perokok (Foto: ilustrasi kanker)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto, mengatakan, berdasarkan hasil sebuah penelitian mengungkapkan bahwa hanya 10 persen populasi manusia yang tidak terkena kanker paru meskipun aktif sebagai perokok. Hal itu dikarenakan ada faktor genetik yang hingga kini belum bisa dijawab secara medis.

"Data 10 persen itu sudah ada riset di luar negeri, ada sekitar 10 persen di dunia orang perokok itu dia tidak sakit," kata dia di Jakarta, Selasa (11/2), terkait masalah kanker paru.

Baca Juga

Namun, ujar dia, meskipun individu perokok tersebut tidak terkena kanker paru bisa jadi ia terserang penyakit lain akibat merokok. Sebab, rokok itu tidak hanya menyebabkan kanker (paru), tapi bisa menyebabkan penyakit lain. Meskipun demikian, sekitar 90 persen orang yang merokok berpotensi besar terserang berbagai macam penyakit, salah satunya kanker paru-paru.

"Justru asap dari vape itu lebih kental. Meskipun ada yang mengatakan kandungan vape itu aman, tapi iritasi asapnya tetap saja terisap ke saluran pernapasan," kata dia.

Ia mengatakan, penyebab kanker paru ialah unsur yang terkandung dalam asap rokok dan aliran asap ke saluran pernapasan manusia sehingga menyebabkan kerusakan organ tubuh. Bahkan, ujarnya, meskipun rokok tersebut dikategorikan herbal tetap saja dapat memicu kanker paru.

Hal itu termasuk pula rokok shisha ala timur tengah karena asapnya bisa merusak saluran pernapasan. Ia menambahkan, meningkatnya angka kanker paru di Indonesia selama 10 tahun terakhir disebabkan oleh faktor risiko penyakit itu tidak dikendalikan sehingga menambah jumlah penderita.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement