Sabtu 08 Feb 2020 12:58 WIB

Duet Iklan Televisi dan Facebook Efektif Dongkrak Penjualan

Kombinasi iklan televisi dan Facebook untuk barang-barang efektif dongkrak penjualan

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Kombinasi iklan televisi dan Facebook untuk barang-barang efektif dongkrak penjualan. Ilustrasi.
Foto: AP
Kombinasi iklan televisi dan Facebook untuk barang-barang efektif dongkrak penjualan. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kombinasi iklan televisi dan Facebook untuk barang-barang fast moving consumer goods (FMCG) akan lebih efektif untuk mendongkrak penjualan. Temuan ini diperoleh lewat survei Kantar Indonesia.

"Tingkat pengembalian belanja iklan (return on ads spend) melalui sinergi televisi dan Facebook bisa mencapai 1,3 kali lebih besar dari estimasi," kata Expert Solution Director Kantar Indonesia, Johan Pangaribuan di Jakarta, belum lama ini.

Baca Juga

Menurut Johan angka ini berarti sinergi keduanya menghasilkan tambahan penjualan yang lebih besar. Kemungkinan konsumen untuk membeli produk tertentu setelah mereka yang melihat TV dan Facebook menjadi lebih besar.

Studi dari Kantar menunjukkan bahwa ketika terjadi kombinasi antara TV dan Facebook, kemungkinan pembelian terhadap sebuah merek meningkat hingga 56 persen. Bahkan, pada kenyataannya, kemungkinan pembelian bisa mencapai 71 persen. Sedangkan jika hanya televisi pertumbuhan hanya 21 persen, sedangkan Facebook hanya 29 persen.

"Ini artinya bahwa televisi dan Facebook menghasilan sebuah simbiosis yang saling melengkapi dan bersama-sama mendorong pertumbuhan merek dan bisnis di Indonesia," kata Johan.

Survei juga menunjukkan televisi masih tetap menjadi platform yang kuat dengan jangkauan audiens yang sangat luas. Keduanya harus dapat saling bersinergi untuk mendorong pertumbuhan merek dan meningkatkan penjualan serta bisnis.

Studi ini melibatkan 11 ribu panel rumah tangga di Indonesia. Setiap pekan pembelian mereka sebagian besar adalah kategori barang-barang konsumsi atau FMCG.

Kantar juga mengamati kebiasaan para panelis ini dalam mengonsumsi media terutama televisi dan paltform digital. Gabungan dua data ini memudahkan Kantar dalam menganalisis Consumers Mix Modelling (CMM) dan mengevaluasi iklan dari sebuah merek terhadap peningkatan penjualan, serta melihat dampak iklan tersebut terhadap pembelian.

Menurut Kantar, pertumbuhan merek terasa semakin sulit untuk dicapai. Pada 2017, merek tumbuh sebesar 73 persen dan pada 2018 hanya tumbuh sebesar 42 persen. Bagaimana membuat sebuah merek tumbuh secara berkelanjutan adalah tantangan besar sebab hanya 32 persen merek yang tumbuh di kedua tahun tersebut.

Oleh karena itu, sangat penting bagi perusahaan di Indonesia untuk mendorong pertumbuhan merek yang berkelanjutan dan mengukur secara akurat seberapa efektif biaya iklan yang dikeluarkan dalam menghasilkan pertumbuhan tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement