REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menghisap rokok elektrik atau vape diketahui dapat membawa banyak dampak negatif bagi kesehatan, termasuk komplikasi yang mengancam jiwa. Di antara beragam dampak negatif penggunaan vape, salah satu yang mungkin jarang disadari adalah dampaknya terhadap kesehatan kulit.
Ahli perawatan kulit mengungkapkan setidaknya ada tiga dampak besar dari penggunaan vape terhadap kondisi kulit. Berikut ini adalah ketiga penjelasannya seperti dilansir Glamour.
Toksin perusak kulit di Vape
Dokter kosmetik dari Woodford Medical Dr Mervyn Patterson mengungkapkan tidak ada hal positif yang bisa ditemukan dari penggunaan vape. Vape, kata Patterson, sama seperti rokok konvensional yang dapat membuat tubuh terpapar banyak sekali zat kimia.
"Penyerapan gas terjadi dengan mudah melalui jaringan paru yang halus," kata Patterson.
Tiap variasi vape memiliki bahan-bahan yang beragam. Oleh karena itu, tingkat membahayakan dari vape juga bervariasi. Tingkat membahayakan vape juga dipengaruhi oleh lamanya inhalasi dan frekuensi penggunaan vape. Beberapa potensi zat kimia dari gas vape adalah formaldehida, nikotin dan turunan nikotin, propilen glikol dan toluena.
"Asetaldehida dan jejak logam seperti kadmium, nikel dan timah," kata Patterson.
Menghisap zat-zat kimia beracun ini dapat memberi efek tak terhindarkan pada kulit. Alasannya, kulit berperan seperti waduk untuk tubuh. Banyak dari zat-zat kimia yang terhirup ini akan berakhir tersimpan di kulit. Kondisi itu akan membuat sel-sel kulit mendapatkan toksin berlebih sehingga fungsi normal sel-sel kulit ikut terganggu.
"Seperti memperbaiki barrier kulit yang penting untuk kulit dan peran proteksi imun," ungkap Patterson.
Kondisi itu dapat membuat kulit menjadi lebih sensitif dan rentan terhadap infeksi. Paparan zat kimia beracun dari vape juga dapat menganggu mekanisme kompleks pada kulit untuk menenangkan inflamasi kronis. Kerusakan barrier kulit dan inflamasi konis yang tak terkontrol dapat memicu terjadinya beragam hal yang tak diinginkan seperti pigmentasi, kemerahan kulit, kehilangan kolagen dan elastin, serta peningkatan risiko pembelahan sel abnormal dan kanker kulit.
Kerutan dan perburukan inflamasi kulit
Ahli estetika senior Bianka Michalekova mengungkapkan bahwa penggunaan vape dapat memperberat kondisi kulit yang kering. Beragam zat kimia dan nikotin dari vape yang berkontak dengan kulit dapat mneyebabkan kulit menjadi kering atau pecah.
Pada kulit yang semula sudah kering, penggunaan vape juga dapat membuat kulit menjadi tak merata dan terkadang gatal. Zat kimia dari vape yang memicu terjadinya kulit sensitif dan iritasi juga dapat berujung pada timbulnya ruam-ruam pada kulit.
Nikotin dan zat kimia yang digunakan pada vape juga dapat menyebabkan penuaan kulit karena nikotin dapat memecah kolagen. Seperti diketahui, kolagen membantu menjaga kulit tetap kencang dan kenyal.
"Itu kenapa perokok konvensional dan orang-orang yang menggunakan vape memiliki garis-garis kerutan di sekitar bibir dan bengkak di sekitar mata," kata Michalekova.
Patterson menambahkan, menghisap zat-zat beracun dari vape dapat berdampak negatif terhadap efek perlindungan dari barrier kulit eksternal. Kondisi itu akan membuat masalah inflamasi kronis memburuk. Jerawat, rosacea, dan psoriasis merupakan beberapa masalah yang dapat semakin memburuk akibat penggunaan vape.
Mempercepat penuaan
Penggunaan vape juga dapat mempercepat terbentuknya kerutan halus dan keriput. Ini terjadi karena nikotin bertindak sebagai vasokonstriktor yang menyebabkan pembuluh darah kecil menyempit. Penyempitan tersebut membuat pasokan oksigen dan nutrisi ke kulit menurun. Pada akhirnya kulit mulai mengendur dan memunculkan kerutan permanen. Pigmentasi yang tidak merata dan sun spot juga bisa muncul lebih cepat pada perokok, termasuk perokok elektrik.