Sabtu 01 Feb 2020 12:21 WIB

Inggris: Promosi Jenama Gwyneth Paltrow Berbau Pseudoscience

NHS Inggris mengkritik promosi jenama Gwyneth Paltrow.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Jenama yang dikeluarkan Gwyneth Paltrow dikritik NHS Inggris karena mempromosikan sesuatu yang tidak ilmiah.
Foto: EPA
Jenama yang dikeluarkan Gwyneth Paltrow dikritik NHS Inggris karena mempromosikan sesuatu yang tidak ilmiah.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — National Health Service (NHS) Inggris mengkiritk aktris Gwyneth Paltrow. Secara khusus, kritikan datang atas serial dokumenter yang dibuat olehnya dan tayang di Netflix.

Menurut Kepala NHS, Simon Stevens, tayangan itu dapat membawa risiko besar bagi kesahatan. Ia menyoroti Paltrow yang mempromosikan perawatan yang belum teruji secara klinis, seperti vampire facial dan lilin beraroma tidak biasa.

Baca Juga

Dalam serial dokumenter itu, Paltrow mendapat kesempatan mempromosikan jenama miliknya. Sejumlah kritik pun datang mengingat bahwa aktris berusia 47 tahun ini dinilai membuat klaim kesehatan yang tidak berdasar. Sejumlah kritikus bahkan mengatakan, hal ini membawa kemenangan bagi pseudoscience atau sebuah kepercayaan dan praktik yang diklaim bersifat ilmiah dan faktual, namun tidak sesuai dengan metode ilmiah.

"Jenama yang dikeluarkan Paltrow mengatakan bahwa tabir surya kimia adalah ide yang buruk dan mempromosikan irigasi kolon,” ujar Stevens dalam sebuah pernyataan pada Jumat (31/1).

Menurut Stevens, otoritas kesehatan Inggris telah mengeluarkan saran yang menyatakan tidak ada bukti ilmiah untuk mendukung klaim semacam itu. Langkah ini dilakukan menyusul, The Good Lap, yang memiliki enam episode baru-baru ini tayang di Netflix Inggris.

Stevens memperingatkan informasi yang salah dan keliru, berpotensi merusak kesehatan masyarakat. Ia juga menyoroti campak yang baru-baru ini mengalami peningkatan di Inggris.

Para ilmuwan telah mengaitkan peningkatan penyakit ini dengan turunnya tingkat vaksinasi. Penurunan tingkat vaksinasi didorong oleh keraguan tentang vaksin yang disarankan dalam sebuah studi ilmiah pada 1998 yang kemudian didiskreditkan. Dalam penelitian tersebut, vaksin dikaitkan dengan autisme.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement