Kamis 30 Jan 2020 17:11 WIB

Perusahaan AS Jajal Produksi Vaksin Penangkal Virus Corona

Perusahaan farmasi AS menargetkan vaksin penangkal virus corona segera tersedia.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Vaksin (ilustrasi). Perusahaan farmasi AS menargetkan vaksin penangkal virus corona segera tersedia.
Foto: gizmodo.com
Vaksin (ilustrasi). Perusahaan farmasi AS menargetkan vaksin penangkal virus corona segera tersedia.

REPUBLIKA.CO.ID, PHILADELPHIA — Sebuah perusahaan farmasi yang berbasis di Philadelpia, Amerika Serikat (AS) tengah mencoba memproduksi vaksin untuk menghentikan wabah virus corona jenis baru. Dengan dukungan dana hingga 9 juta dolar AS dari Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI), Inovio Pharmaceuticals akan mulai mengembangkan vaksin bersama dengan fasilitas penelitian yang berbasis di University of Pennsylvania, Wistar Institute, untuk memastikan ketersediaan vaksin dalam beberapa bulan ke depan.

Pejabat dari Inovio mengatakan bahwa pihaknya telah mengembangkan urutan untuk memproduksi vaksin melalui teknologi baru yang melibatkan pemetaan digital urutan DNA. Pemerintah China juga telah mengunggah apa yang disebut dengan urutan genetik vaksin di internet pada 11 Januari lalu. Dari sana, vaksin dari urutan yang tersedia untuk umum bagi para penelti telah dibuat pada 12 Januari.

Baca Juga

“Jadi dalam sehari, kami menciptakan urutan vaksin dari yang terdepan, dari apa yang disiapkan Pemerintah Cina, yang biasanya tidak mereka lakukan,” ujar juru bicara Inovio, Jeff Richardson, dilansir Fox News, Kamis (30/1).

Teknologi ini dibuat oleh Inovio dan telah digunakan untuk mengembangkan vaksin di masa lalu. Perusahaan farmasi ini dikenal dengan pencapaiannya untuk mendapatkan vaksin virus Zika ke pasar dalam tujuh bulan pada 2016. Untuk virus corona baru ini, pihaknya meyakini bisa menghasilkan vaksin dalam waktu lebih singkat.

“Kami memegang rekor WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) untuk memproduksi vaksin wabah virus Zika pada 2015. Dan itu tujuh bulan dari wabah dan orang-orang bisa mendapatkannya dalam tujuh bulan,” jelas Richardson.

Meski demikian, teknologi pemetaan DNA dan vaksin yang sudah ada untuk jenis virus corona sebelumnya. Salah satu masalah terbesar yang terjadi adalah terkait pengembangan vaksin.

"Semua yang kami lakukan saat ini adalah prediksi," David Weiner dari Wistar Institute, yang merupakan salah satu peneliti utama yang bekerja pada vaksin virus corona.

Weiner dan timnya adalah satu dari tiga kelompok yang sedang dalam proses menciptakan vaksin virus corona. Namun, kelompok mereka adalah satu-satunya yang menggunakan pendekatan DNA sintetis.

Weiner meyakini bahwa langkah pertama dalam menyiapkan vaksin untuk melakukan apa yang sering disebut sebagai “pusat” adalah daerah yang melihat konsentrasi infeksi terbesar. Ia juga mengatakan bahwa bukan hal itu yang dibutuhkan untuk mendapatkan vaksin mencegah wabah serupa dengan apa yang dilihat tentang Ebola di mana virus itu mulai berdampak wabah dan mematikan.

Wabah coronavirus telah membuat lebih dari 6.000 orang terinfeksi dan telah dikaitkan dengan setidaknya 132 kematian. Jumlah kasus yang dikonfirmasi di daratan Cina sekarang telah melampaui jumlah infeksi selama wabah SARS (sindrom pernapasan akut parah) pada 2002-2003. Namun, angka kematian virus corona masih tetap lebih rendah daripada 348 orang di Cina yang meninggal akibat SARS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement