Rabu 22 Jan 2020 05:45 WIB

Alasan Dermatolog tidak Anjurkan Mandi Air Panas

Mandi air panas mendorong kulit jadi lebih kering.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Indira Rezkisari
Dermatolog lebih menganjurkan mandi dengan air suhu ruangan ketimbang air panas.
Foto: ist
Dermatolog lebih menganjurkan mandi dengan air suhu ruangan ketimbang air panas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mandi air panas setelah seharian lelah bekerja atau di tengah cuaca dingin terasa sangat menenangkan. Akan tetapi, pakar dermatologi kurang menganjurkannya karena berbagai efek yang bisa terjadi pada kulit.

"Mandi air panas memperburuk kondisi kulit yang lapisan pelindungnya sudah rusak. Efek lain, mengikis sebum dan membuat kulit kering," kata pakar dermatologi New York, Shari Marchbein, dikutip dari laman Glamour.

Baca Juga

Marchbein menyampaikan, ujung jari cenderung lebih lekas keriput setelah mandi air panas. Itu merupakan tanda hilangnya kelembapan kulit. Berlama-lama mandi air panas juga membuat sejumlah kasus eksim menjadi lebih parah.

Kondisi lain yang menjadi lebih parah dengan terlalu lama mandi air panas yakni psoriasis, jerawat, rosacea, dan kulit kering. Jika benar-benar ingin mandi air panas sesekali, dianjurkan untuk melakukannya hanya selama lima menit.

Secara umum, kulit kering disebabkan oleh disfungsi kulit atau kekurangan lemak sehat di lapisan atas kulit. Paparan air panas secara berkala berpotensi menghilangkan lapisan lipid pelindung yang bertanggung jawab menjaga kelembapan dan mencegah iritan.

Orang dengan kulit yang sangat kering atau secara genetik memiliki kulit sensitif dapat mengidap eksim. Gejalanya termasuk kemunculan bercak gatal, kering, dan berwarna merah muda. Selain itu, pemakaian air panas juga kurang dianjurkan untuk keramas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement