REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Makan siang merupakan hal penting bagi anak, terutama ketika ia sekolah. Tak ayal, demi menjaga asupan nutrisi anak, sebagian besar orang tua menyiapkan bekal makan siang dari rumah. Ironinya, menurut sebuah studi masih banyak bekal makan siang yang tidak memenuhi kualitas gizi sehingga berdampak buruk bagi kesehatan.
Sebuah penelitian yang dilakukan University of Leeds menemukan bahwa banyak bekal makan siang anak-anak tidak memiliki kualitas gizi dan nutrisi yang cukup. Menu tidak sehat dan sajian bekal tidak lagi segar menjadi penyebab rendahnya nutrisi.
Peneliti yang melakukan studi besar-besaran di Inggris menyatakan, menu bekal makan siang di Inggris masih didominasi oleh makanan ringan manis juga gurih dan minuman manis. Karena itu, peneliti mengingatkan agar orang tua atau pengasuh bisa memerhatikan betul komponen gizi dan nutrisi pada bekal makan siang anak.
"Studi ini menggarisbawahi peran orang tua, pengasuh, pemerintah dan industri makanan dalam memastikan anak-anak makan lebih sehat," kata peneliti studi Charlotte Evans dari University of Leeds, dilansir Times Now News, Rabu (15/1).
Studi yang diterbitkan dalam jurnal BMJ Open ini membandingkan kualitas gizi dari sampel bekal makan siang yang dibawa anak sekolah dasar (SD) pada tahun 2006 dan 2016. Hasilnya mengungkapkan bagaimana kualitas gizi bekal makan siang telah berubah selama 10 tahun. Diperkirakan lebih dari separuh anak SD di Inggris membawa bekal makan siang ke sekolah.
Selama periode 10 tahun, para peneliti menemukan, masih banyak anak yang tidak diberi bekal susu atau makanan lain yang bisa menutup kebutuhan kalsium, vitamin A, vitamin C dan zat besi.
Dalam kurun waktu 10 tahun, persentase menu bekal makan siang yang memenuhi delapan standar makanan juga tidak mengalami kenaikan signifikan yakni hanya naik 0,5 persen dari 1,1 persen pada 2006 menjadi 1,6 persen. Padahal memenuhi nutrisi dan gizi anak berperan besar dalam mencegah berbagai penyakit.
"Memerhatikan nutrisi pada apa yang dimakan anak-anak di sekolah akan membantu mengurangi risiko obesitas di masa kanak-kanak," kata Evans.