Kamis 26 Dec 2019 10:13 WIB

IP Man 4 Beri Banyak Kejutan

Kisah ditutup dengan ekspresi data IP Man namun tetap mengharukan.

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Nora Azizah
IP Man 4 beri banyak kejutan adegan.
Foto: Youtube
IP Man 4 beri banyak kejutan adegan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kisah diskriminasi keturunan Cina di Amerika Serikat (AS) kembali hadir. Cerita itu diangkat lewat frachise film "Ip Man" dalam "Ip Man 4: The Finale". Seperti tergambar dalam judulnya, film yang disutradari oleh Wilson Yip itu menceritakan soal ujung perjuangan Ip Man dalam melawan diskriminasi.

Dalam film itu, digambarkan bahwa Ip Man yang tinggal di Hongkong itu belum benar-benar mengetahui soal pilunya diskriminasi yang terjdi di kawasan Pecinan AS. Tokoh yang diperankan oleh Donnie Yen itu hanya mengetahui bahwa AS merupakan negara yang tepat bagi anaknya untuk pindah sekolah. Mengingat, anak semata wayangnya itu harus dikeluarkan dari sekolah karena kerap berkelahi.

Baca Juga

Ip Man cukup tertekan. Sebagai single parent, ia berniat untuk memberikan pendidikan terbaik untuk anaknya. Tapi, selain harus menerima kenyataan bahwa anaknya harus dikeluarkan dari sekolah, ia pun semakin tertekan setelah ia divonis mengidap kanker.

Ia masih shock atas semua kenyataan itu. Ia tak bercerita soal kondisi kesehatanya. Pria yang juga dikenal dengan nama Yip Man itu pun bergegas ke AS untuk mencari surat rekomendasi yang dibutuhkan untuk proses perpindahan sekolah.

Surat sakti yang diakui hanyalah surat yang diterbitkan oleh Chinese Consolidated Benevolent Association (CCBA). Tapi, CCBA menolak mengeluarkan surat rekomendasi karena Ip Man keberatan untuk membantu menyelesaikan persoalan yang tengah terjadi di San Fransisco.

Dalam pertemuan pertama antara CCBA dan Ip Man, ia diinformasikan bahwa muridnya yang bernama Bruce Lee telah melanggar peraturan CCBA yang menyebut bahwa wing chun kung fu hanya boleh diajarkan kepada warga keturunan Cina. Ip Man menilai, Bruce Lee seharusnya tetap diperbolehkan untuk mengajakan teknik bela diri itu kepada siapa pun.

 

photo
Salah satu adegan IP Man 4

Prinsip Ip Man itulah yang membuat misi utama mendapat surat rekomendasi harus terganjal. Ketua CCBA, Wan Zong Hua (Wu Yue ) menilai, Ip Man tidak mengetahui betul bagaimana kejamnya diskriminasi yang terjadi karena ia tak pernah tinggal di AS. Tapi Ip Man tetap keras kepala.

Secara tidak sengaja, sekolah yang diincar oleh Ip Man adalah tempat dimana anak perempuan dari Wan Zong Hua mengenyam pendidikan. Saat berkunjung ke sekolah tersebut, Ip Man melihat anak Wan Zong Hua  yang bernama Yonah (Vanda Margraf ) tengah mengalami perundungan. Meski sempat terluka cukup parah, perundungan terhadap Yonah dapat dihentikan oleh Ip Man lewat sejumlah jurus kung fu ringan.

Tapi, persoalan yang lebih serius justru terpantik. Karena, Becky (Grace Englert), otak dari perundungan itu adalah seorang anak dari petugas imigrasi. Becky mengadu dan merekayasa seakan dialah yang jadi korban perundungan. Orang tuanya pun kian geram saat mengetahui bahwa pelakunya adalah orang keturunan Cina. Ayah Becky pun menyusun rencana agar warga Cina di AS dapat dideportasi.

Tak hanya itu, persoalan pelik pun terjadi di dalam militer AS. Karena, ada seorang keturunan Cina di dalam marinir AS yang ingin agar kung fu juga jadi kurikulum pendidikan para prajurit. Tapi, keinginan itu mendapat perlawanan yang tak kalah alot.

Perlawanan paling alot salah satunya diberikan oleh instruktur karate dalam marinir. Karena sedang berada di AS, Ip Man yang memiliki beban pikiran soal pendidikan anak dan penyakit kanker itu terpaksa harus terlibat langsung dalam setiap konflik yang terjadi. Seluruh intrik itu pun membuatnya mengetahui diskriminasi yang selama ini hanya ia dengar lewat cerita.

Sebagai sebuah film biographical martial arts, cerita yang disajikan selama sekitar 100 menit itu tak hanya kaya akan aksi ketangkasan kung fu. Karena, sajian aksi yang ada juga dihiasi dengan sejumlah dramatisasi yang mendalam.

Rentang emosi yang dirasakan oleh penonton pun beragam. Mulai dari ketagangan dalam tiap pertandingan kung fu hingga kisah haru kasih sayang orang tua terhadap anaknya.

Belum lagi, alur ceritanya disajikan dengan apik dan membuat plot twist yang dihadirkan mampu terkemas dengan menarik. Otomatis, film yang rencananya mulai ditayangkan di layar lebar Indonesia pada 31 Desember 2019 itu pun jauh dari kesan membosankan karena kecakapan Wilson Yip dalam menata ritme cerita.

Sejumlah kejutan dan ketangkasan yang dihadirkan pun membuat sejumlah penonton dalam special screening beberapa kali bertepuk tangan secara spontan. Apalagi, film dengan latar sekitar tahun 60-an yang didominasi oleh ekspresi wajah datar dari Ip Man itu berakhir dengan kisah mengharukan baik soal kehidupan pribadi Ip Man maupun soal nasib keturunan Cina di AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement