REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi terhadap wanita, menemukan bahwa wanita bekerja tanpa diskriminasi atau gangguan lain bisa memicu kesehatan yang lebih baik. Bahkan wanita bisa tetap bekerja optimal bahkan melewati usia pensiun.
Studi yang diterbitkan dalam Demografi ini menganalisis data dari Survei Longitudinal Nasional Wanita Dewasa di Amerika Serikat (AS), yang merekrut 5.100 wanita berusia antara 30 dan 44 tahun dan mengikutinya selama 36 tahun, dari 1967 hingga 2003.
Tim peneliti yang dipimpin oleh Jennifer Caputo, seorang ilmuwan di Max Planck Institute for Demographic Research, berfokus pada kesehatan fisik dan mental wanita selama 36 tahun survei. Peneliti membandingkan data peserta yang bekerja tanpa gangguan misalnya diberi upah sesuai, dengan peserta yang bekerja dengan "gangguan" seperti ibu rumah tangga yang notabene tidak diberi upah.
Hasilnya, peserta yang bekerja tetapi mendapat gangguan atau didiskriminasi, misalnya dibayar lebih rendah dari rekan laki-laki mereka untuk pekerjaan yang sama dan dengan keterampilan yang sama, cenderung memiliki kesehatan fisik dan mental yang lebih buruk seiring bertambahnya usia.
Namun, penelitian menunjukkan bahwa kesehatan pekerja yang tidak bahagia masih lebih baik daripada kesehatan wanita yang menganggur. Adapun wanita yang bekerja tanpa gangguan melaporkan lebih sedikit keterbatasan kesehatan, lebih sedikit gejala depresi, bahkan memiliki harapan hidup 25 persen lebih tinggi sembilan tahun setelah survei (2012).
"Temuan kami mendukung kesimpulan bahwa kesehatan wanita dipengaruhi oleh pekerjaannya, terlepas dari situasi ekonomi mereka dan bahkan jika mereka tidak selalu memiliki pengalaman kerja terbaik. Untuk pertama kalinya kami mampu menunjukkan hubungan jangka panjang yang positif antara bekerja di usia paruh baya dan kesehatan selama bertahun-tahun berikutnya, bahkan melewati usia pensiun," jelas Jennifer Caputo, dilansir Malaymail, Ahad (22/12).