Senin 16 Dec 2019 09:22 WIB

Kala Label Makanan Dilengkapi Cara Bakar Kalori

Lihat label makanan kemasan lengkap dengan cara bakar kalori, bagaimana reaksi orang?

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Reiny Dwinanda
Makanan kemasan. Peneliti mengungkap manfaat keberadaan informasi aktivitas yang dibutuhkan untuk membakar kalori dari asupan makanan kemasan.
Foto: .
Makanan kemasan. Peneliti mengungkap manfaat keberadaan informasi aktivitas yang dibutuhkan untuk membakar kalori dari asupan makanan kemasan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Label produk makanan selama ini hanya mencantumkan angka kecukupan gizi. Bagaimana jika label itu dilengkapi juga dengan cara yang dibutuhkan untuk membakar kalorinya?

Misalnya, label itu mencantumkan berapa menit berjalan atau berlari yang diperlukan untuk membakar kalori, alih-alih sebatas angka kalori. Peneliti mengungkap, keberadaan label semacam itu akan membuat masyarakat akan membuat pilihan konsumsi yang lebih sehat.

Baca Juga

Data yang dikumpulkan dari 14 percobaan acak menunjukkan bahwa label yang memperlihatkan durasi aktivitas pembakar kalori mendorong konsumen untuk mengurangi hampir 65 kalori per makanan lebih banyak daripada label yang hanya mencantumkan kalori. Hasil penelitian itu dimuat dalam Journal of Epidemiology & Community Health.

Dilansir Reuters, label yang memperlihatkan aktivitas fisik setara dengan asupan (physical activity calorie equivalent or expenditure, PACE) diilustrasikan dengan gambar pelari dan pejalan kaki, masing-masing disertai dengan perkiraan berapa menit yang dibutuhkan untuk membakar kalori dari suatu makanan kemasan.

"Pelabelan makanan PACE, di mana Anda ditunjukkan berapa menit aktivitas fisik diperlukan untuk mengeluarkan kalori dari konsumsi makanan kemasan mungkin merupakan cara yang baik untuk membantu masyarakat membuat keputusan makanan yang lebih sehat dan mengurangi konsumsi kalori secara keseluruhan," kata penulis utama studi tersebut, Amanda Daley, seorang profesor kedokteran perilaku di Universitas Loughborough di Inggris.

Menurut Daley, masyarakat cenderung meremehkan jumlah kalori dalam makanan. Alhasil, diperlukan cara baru untuk membuat publik lebih mudah membuat keputusan yang lebih sehat tentang apa yang mereka makan.

"Kami pikir masyarakat akan memahami ini lebih baik daripada memberi tahu mereka berapa banyak kalori yang ada dalam makanan," kata Daley.

Untuk menentukan apakah jenis pelabelan membuat perbedaan dalam pilihan makanan konsumen, Daley dan rekannya memeriksa literatur medis dalam uji coba yang membandingkan pelabelan PACE dengan label standar hanya dengan penghitungan kalori atau tanpa informasi kalori sama sekali. Ke-14 studi yang mereka masukkan dalam analisis saat ini menyajikan makanan atau memberikan menu pilihan makanan kepada peserta dengan dan tanpa label PACE atau studi yang disajikan label PACE versus hanya kalori atau versus label merah, kuning, hijau.

Tim Daley menemukan bahwa ketika label PACE ditampilkan pada makanan, minuman, dan menu, orang-orang mengonsumsi rata-rata 64,9 kalori lebih sedikit per makanan daripada ketika hanya jumlah kalori yang ditampilkan.

Avigdor Arad, direktur Mount Sinai PhysioLab dan ahli endokrinologi di Gunung Sinai St Luke di New York City mengatakan, meskipun itu ide yang bagus, namun penekanan pada kalori mungkin bukan cara terbaik untuk membuat orang makan lebih sehat karena tidak ada informasi tentang kualitas makanan.

"Makanan tertentu padat nutrisi dan juga padat kalori. Kami tidak ingin orang-orang jadi takut untuk mengonsumsi kacang, alpukat, ara, dan kacang-kacangan tertentu," kata Arad.

Masalah potensial lainnya adalah bahwa perkiraan waktu berlari atau berjalan mungkin tampak tidak realistis bagi sebagian orang karena tingkat pembakaran kalori tergantung pada sejumlah faktor, seperti usia, berat badan, dan kebugaran. Jadi orang mungkin skeptis dengan angka pada label. Meski begitu, menurut Arad, itu ide yang patut ditelusuri lebih jauh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement