Selasa 10 Dec 2019 03:40 WIB

Daftar Merek Vape yang Bikin Penggunanya Dirawat Inap di AS

CDC mengumumkan daftar merek produk vape yang membuat penggunanya dirawat inap.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Reiny Dwinanda
Rokok Elektrik/ Vape. CDC telah mengungkap aneka merek vape yang membuat orang sampai dirawat di rumah sakit.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Rokok Elektrik/ Vape. CDC telah mengungkap aneka merek vape yang membuat orang sampai dirawat di rumah sakit.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Untuk pertama kalinya, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) mengeluarkan daftar produk vape (rokok elektronik) yang paling sering dikaitkan dengan rawat inap. Pejabat kesehatan AS yang menyelidiki wabah penyakit vaping di seluruh negeri itu mencatat merek vape yang paling sering disebut oleh pasien.

Dalam sebuah laporan yang dirilis Jumat (7/12), CDC mencatat bahwa sejumlah pasien mengatakan bahwa mereka memakai vape lebih dari satu. Sebagian besar dari hampir 2.300 orang yang menderita kerusakan paru-paru telah menguapkan cairan yang mengandung tetrahydrocannabinol (THC), yang merupakan bagian dari ganja.

Baca Juga

Dari berbagai merek vape, Dank Vapes adalah merek yang digunakan oleh 56 persen dari pasien yang dirawat di rumah sakit secara nasional. Dank bukan produk berlisensi yang berasal dari satu bisnis. Namun, Dank adalah kemasan kosong yang dapat dipesan dari situs internet Cina.

Pembuat kartrid vaping ilegal dapat membeli paket kosong dan kemudian mengisinya dengan apa pun yang mereka pilih. Selain Dank, nama-nama produk lain dalam daftar teratas dari CDC adalah TKO (15 persen), Smart Cart (13 persen), dan Rove (12 persen).

"Sepertinya tidak ada satu merek pun yang bertanggung jawab atas wabah ini," kata seorang pejabat senior CDC, Brian King, dilansir AP.

Beberapa merek yang disebut oleh CDC dijual di negara bagian dengan mariyuana yang dilegalisasi. Akan tetapi, tiruan dari merek-merek sah itu telah membanjiri pasar di seluruh negeri, sehingga mendorong beberapa merek untuk mendesain ulang kemasan mereka.

Salah satu pendiri TKO Products, Bill Loucks, mengatakan bahwa perusahaannya hanya menjual ke apotik berlisensi di Kalifornia. Namun, perusahaan tersebut menerima surel yang menanyakan tentang kartrid bermerek TKO yang dibeli di tempat lain.

Dalam laporannya pada Jumat, CDC juga mengatakan bahwa wabah terburuk mungkin sudah berakhir. Para pejabat kesehatan itu mengatakan, data awal memang menunjukkan jumlah rawat inap memuncak pada pertengahan September. Namun, menurut mereka, angkanya telah menurun sejak itu.

Para penyelidik ini menginginkan lebih banyak data hingga mereka merasa yakin wabah penyakit terkait vape itu semakin berkurang. Jika berkurang, King mengatakan mungkin ada alasan di baliknya, termasuk meningkatnya kehati-hatian masyarakat tentang vaping atau perubahan dalam apa yang dimasukkan oleh pembuat kartrid ke dalam vape tersebut.

Namun demikian, wabah penyakit terkait vape ini tetap harus menjadi perhatian. Sebab, menurutnya, tahun ini dilaporkan ada 2.291 kasus yang masih masuk, termasuk 176 yang bergabung dengan penghitungan pada akhir November lalu. Setiap negara bagian telah melaporkan sejumlah kasus, dan 25 negara bagian dan Distrik Columbia telah melaporkan total 48 kematian.

Dalam banyak kasus, pasien melaporkan gejala-gejala awal secara bertahap, termasuk kesulitan bernapas, sesak napas, dan atau nyeri dada, kelelahan, dan muntah. Sekitar setengah dari pasien adalah orang-orang di usia remaja atau awal 20-an.

Wabah penyakit terkait vape ini dimulai pada Maret lalu. Pejabat CDC secara bertahap mulai memfokuskan penyelidikan mereka pada kartrid THC di pasar gelap.

Dari analisis terhadap sekitar 1.800 pasien yang dirawat di rumah sakit, sekitar 80 persen mengatakan mereka menggunakan setidaknya satu produk THC. Bulan lalu, pejabat CDC mengatakan, mereka mempersempit penyebabnya, yakni senyawa kimia yang disebut vitamin E asetat yang telah umum ditemukan di paru-paru pasien yang sakit dan dalam produk vape mereka.

Vitamin E asetat adalah zat pengental yang telah ditambahkan ke cairan vaping THC ilegal. Namun, zat itu mungkin juga ditambahkan ke cairan vaping yang mengandung CBD, ekstrak ganja lain. King mengatakan, sekitar satu persen dari pasien mengatakan mereka hanya menggunakan produk vape CBD.

Sementara itu, lembaga ini merekomendasikan agar masyarakat tidak menggunakan rokok elektronik atau produk vaping yang mengandung THC. Terutama, vape yang diperoleh dari teman, anggota keluarga, atau pedagang pasar gelap.

Namun, menurut King, 13 persen dari pasien mengatakan mereka hanya menggunakan vape nikotin. Sementara itu, ia mengatakan bahwa pejabat CDC akan terus memperhatikan vape yang mengandung nikotin dan akan memberi peringatan tentang semua jenis produk vaping sampai penyelidikan selesai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement