REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kosmetik dan peralatan dandan perlu dijaga kebersihannya. Jika tidak, bukan mustahil kuman yang membahayakan kesehatan bisa menghinggapinya.
Hal itu menjadi rekomendasi para peneliti yang menemukan keberadaan bakteri E.coli di 9 dari 10 tas kosmetik perempuan. Para pemilik barang yang diteliti mengakui bahwa produk yang digunakan tak dicuci setelah terjatuh atau sudah kedaluwarsa.
Untuk sampai pada kesimpulan tersebut, para peneliti dari Aston University, di Birmingham, menguji 467 eyeliner, lipstik, mascara, spons, dan lipgloss yang masih digunakan responden. Hasilnya, spons yang biasa dipakai untuk mengaplikasikan foundation dan countur tampak paling jorok.
Beauty blender tersebut diakui pemiliknya memang tak pernah dicuci. Padahal, dua per tiga responden mengungkapkan bahwa mereka kerap menjatuhkannya ke lantai saat pemakaian.
Produk spons yang sering dipromosikan oleh selebritas itu diperkirakan telah terjual lebih dari 6,5 juta unit di seluruh dunia. Beauty blender biasanya dibiarkan dalam kondisi lembap setelah dipakai, kondisi ideal untuk pertumbuhan bakteri.
Bakteri yang sangat berbahaya juga ditemukan pada produk eyeliner, mascara, dan lipstik. Kuman yang terdeteksi termasuk E.coli dan salmonella yang biasanya menyebar di kotoran atau stafilokokus yang sering menyebar dengan berbagi handuk atau batuk.
Pemimpin studi tersebut, Dr Amreen Bashir menjelaskan, sebetulnya perusahaan kosmetik telah menjaga proses produksinya. Persoalannya ada di tangan pengguna.
"E.coli itu bakteri yang terkait dengan kontaminasi feses dan ia berkembang biak pada produk yang kami uji," ujar dia seperti dilansir The Sun.
Menurut Bashir, masih banyak yang perlu dilakukan untuk membantu menyasar konsumen dan industri kosmetik terkait pemahaman tersebut. PR besarnya juga menyangkut risiko penggunaan kosmetik yang sudah melebihi tanggal kadaluwarsa.
Bashir dan rekan juga mengingatkan produk yang telah terkontaminasi dapat menyebabkan infeksi kulit, keracunan darah, dan pneumonia. Risikonya meningkat pada penggunaan produk di bagian dekat mata, mulut, atau bagian wajah yang sedang luka. Temuan para peneliti ini telah diterbitkan dalam Journal of Applied Microbiology.