Selasa 26 Nov 2019 13:05 WIB

Kasus Polio Akibat Vaksin Semakin Banyak di Afrika dan Asia

Kasus polio di Afrika-Asia lebih banyak disebabkan oleh vaksin daripada virus liar.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Pemberian vaksin polio oral. Kasus infeksi polio kini lebih banyak disebabkan oleh virus yang berasal dari vaksin ketimbang virus liar.
Foto: Guardian
Pemberian vaksin polio oral. Kasus infeksi polio kini lebih banyak disebabkan oleh virus yang berasal dari vaksin ketimbang virus liar.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Sebanyak empat negara Afrika melaporkan kasus polio terbaru terkait dengan pemberian vaksin oral. Laporan tersebut muncul menyusul angka kesehatan global yang menunjukkan bahwa jumlah anak-anak yang lumpuh karena serangan virus polio yang berasal dari vaksin lebih banyak dibandingkan akibat infeksi alami.

Dalam sebuah laporan yang terbit pada akhir pekan lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat ada sembilan kasus polio terbaru yang disebabkan oleh vaksin di Nigeria, Kongo, Republik Afrika Tengah, dan Angola. Tujuh negara di tempat lain di Afrika yang memiliki wabah serupa dan kasus telah dilaporkan di Asia.

Baca Juga

Di Pakistan, negara yang masih endemik polio, kasus terkait vaksin telah diidentifikasi. Hal serupa tidak terjadi di Afghanistan yang juga masih bertarung melawan polio.

Dalam kasus yang jarang terjadi, virus hidup dalam vaksin polio oral dapat bermutasi menjadi bentuk yang mampu memicu wabah baru. Seluruh kasus polio yang diakibatkan dari vaksin saat ini telah dipicu oleh virus Tipe 2 yang terkandung dalam vaksin. Sementara itu, virus liar tipe 2 telah dieliminasi tahun lalu.

Polio adalah penyakit yang sangat menular dan biasanya menyebar melalui air atau makanan yang terkontaminasi. Penyakit ini cenderung menyerang anak-anak di bawah usia lima tahun. Sekitar satu dari 200 infeksi virus ini telah mengakibatkan kelumpuhan dan sebagian di antara mereka harus kehilangan nyawa, ketika otot-otot pernapasan mereka lumpuh.

Sejumlah penyumbang telah menjanjikan 2,6 miliar dolar AS untuk memerangi polio, sebagai bagian dari inisiatif pemberantasan yang dimulai pada 1998 dan diharapkan agar penyakit ini pada 2000. Namun, sejak itu tenggat waktu banyak terlewatkan.

Dalam upaya pemberantasan polio, lebih dari 95 persen populasi perlu diimunisasi. WHO telah lama mengandalkan vaksin polio oral karena harganya yang terjangkau dan dapat dengan mudah diberikan. Sejumlah negara Barat menggunakan vaksin polio suntik yang lebih mahal dan mengandung virus tidak aktif yang tidak dapat menyebabkan polio.

Dewan Pemantau Independen, sebuah kelompok yang dibentuk oleh WHO untuk menilai pemberantasan polio telah memperingatkan risiko virus polio yang diturunkan dari vaksin. Dalam sebuah pernyataan, dikatakan bahwa virus ini telah menyebar tidak terkendali di Afrika Barat dan mengancam upaya keseluruhan untuk memberantas polio.

“Virus polio yang diturunkan dari vaksin menyebar tidak terkendali di Afrika Barat, menghancurkan batas-batas geografis dan mengajukan pertanyaan mendasar dan menjadi tantangan untuk seluruh proses pemberantasan,” ujar pernyataan Dewan Pemantau Independen, Senin (25/11), seperti dikutip AP.

Kelompok itu mengatakan, para pejabat telah gagal untuk memenuhi target untuk memberantas polio yang terdeteksi dari 120 hari lalu. WHO dan para mitranya pun diserukan untuk tidak menganggap kecil persoalan ini dan harus mencari terobosan untuk mmenghentikan kasus-kasus polio terkait vaksin.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement