Kamis 21 Nov 2019 08:45 WIB

50 Persen Diabetesi Berisiko Alami Neuropati, Apa Gejalanya?

Neuropati dengan sejumlah gejalanya mengintai orang dengan diabetes.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Pengecekan kadar gula darah. Diabetesi berisiko mengalami neuropati.
Foto: EPA
Pengecekan kadar gula darah. Diabetesi berisiko mengalami neuropati.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Diabetes menjadi salah satu penyakit tak menular (PTM) yang menjadi ancaman serius di Indonesia. International Diabetes Federation (IDF) pada 2017 melaporkan, Indonesia menduduki peringkat keenam jumlah pengidap diabetes di dunia dengan jumlah sekitar 10,3 juta orang.

Jumlah ini diperkirakan akan terus melonjak mencapai 30 juta penderita pada tahun 2030. Sebagian besar diabetesi juga berisiko mengalami komplikasi, salah satunya neuropati diabetes. Ini merupakan kerusakan saraf tepi akibat diabetes dan salah satu komplikasi diabetes yang paling sering muncul.

Baca Juga

Data IDF tahun 2017 menyebut bahwa 50 persen penderita diabetes berisiko terkena gejala neuropati. Ketua Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia) Wilayah Jakarta, Bogor, Bekasi dan Depok, Prof Dr dr Mardi Santoso menjelaskan, neuropati bisa terjadi pada penderita diabetes lantaran kadar gula dalam tubuh yang tinggi dalam kurun waktu yang lama akan melemahkan dinding pembuluh darah yang memberikan nutrisi ke sel saraf, sehingga merusak sel saraf.

"Hal itu yang menyebabkan pengidap diabetes memiliki risiko tinggi terkena kerusakan saraf tepi atau neuropati perifer," kata Mardi dalam sebuah diskusi tentang diabetes di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, awal pekan ini.

Neuropati diabetes menimbulkan gejala seperti kebas, kesemutan, rasa terbakar, dan sakit. Gejala ini akan semakin muncul jika durasi diabetes cukup lama dan kadar gula tidak terkontrol. Dia mpun engimbau agar diabeteso yang mengalami gejala itu untuk segera berobat.

"Jika diabetes dan kerusakan saraf tidak segera ditangani sedini mungkin, maka akan mencapai tahap krusial, sehingga kelainan saraf tersebut makin sulit untuk dapat pulih seperti semula," jelas Mardi.

Medical & Technical Affair Manager Consumer Health P&G Health, dr Yoska Yasahardja mengungkapkan bahwa sel saraf yang rusak bisa menyebabkan gangguan yang serius kepada pengidap diabetes. Rasa kebas dan kesemutan dapat membuat diabetesi tidak merasakan jika tidak terluka atau terkena benda tajam.

Untuk mengurangi gejala neuropati, diabetesi disarankan mengonsumsi vitamin neurotropik secara rutin. Mengacu pada studi klinis NENOIN tahun 2018, disebutkan bahwa konsumsi rutin vitamin neurotropik bisa mengurangi gejala neuropati hingga 66 persen.

“Vitamin neurotropik terdiri dari kombinasi vitamin B1, B6, dan B12 yang bisa mengurangi gejala neuropati secara signifikan hingga dalam tiga bulan periode konsumsi,” ungkap Yoska.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement