REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga Jakarta dan Bandung pasti sangat mengenal Pisang Goreng Madu Bu Nanik. Nama pisang ini begitu terkenal karena rasa dan tampilan pisang yang unik. Pisang ini sudah ada sejak tahun 2007 dan hingga kini dagangan Bu Nanik justru makin laris manis. Apa sih sebenarnya rahasianya?
Menjaga mutu
Nanik Soelistiowati selaku pendiri Pisang Goreng Madu Bu Nanik mengungkapkan salah satu rahasia sukses usahanya adalah dengan menjaga mutu atau kualitas pisang gorengnya.
"Paling utama kita harus menjaga rasa, menjaga mutu nomor satu. Bahan baku bisa usahakan bagaimana supaya dapat rasa dan mutu tetap terjaga. Kalau tidak ada pisang, tidak ada stok untuk goreng hari ini, saya tidak akan goreng. Saya baru bisa goreng besok, ya besok," ujar Nanik di sela acara Paxel Ngopi #NgobrolUKM “Rahasia Sukses Pisang Goreng Madu Bu Nanik” di Jakarta
Inovasi
Selain menjaga mutu, menurut Nanik, tip bertahan bisnis kuliner adalah terus berinovasi misalnya kemasan diperbaiki dan dibuat menarik, bentuk pisangnya pun diperbaiki dari yang tidak beraturan menjadi bentuk ukuran yang rapi.
Senada, Michelle K Molloy selaku COO CV. Bu Nanik Group yang juga merupakan anak kandung bu Nanik, mengatakan mereka membuat kemasan dan bentuk goreng pisang lebih menarik. Mereka bahkan membuat cetakan pisang agar bentuk pisang goreng sama rata, tidak ada yang kebesaran atau kekecilan.
Ikuti perkembangan zaman
Rahasia sukses lainnya adalah dengan mengikuti perkembangan zaman. Jangan hanya puas dan berhenti dengan apa yang sudah dicapai. "Tidak akan maju kalau stuck. Ikuti tren," ujar Michelle.
Salah satu cara yang mereka lakukan adalah dengan berinovasi menambah varian dagangannya. Ia membuat aneka gorengan buah lainnya seperti nangka, nanas, sukun, cempedak juga ubi.
"Kalau orang tidak suka pisang, tidak mampir ke tempat kita. Saya inovasi dengan nangka, sukun, ubi cempedak dan nanas. Sebenarnya semua buah enak digoreng, tapi yang mana yang mayoritas disukai," ujarnya.
Selain itu, mereka pun menyediakan aneka taburan kekinkan. Misalnya pisang goreng madu dengan Nutella, keju, Oreo atau pisang goreng madu Spekulos capuccino.
"Ini menyasar generasi anak muda, anak muda suka variasi taburan kalau orang tua senang buah yang berbeda," tambah Michelle.
Sesuaikan dengan kemampuan
Nanik menambahkan rahasia sukses bisnisnya adalah sesuaikan dengan kemampuan atau jangan berlebihan.
Jadi unicorn atau inventor
Michelle mengatakan kalau usaha mau langgeng, sebaiknya menjadi inventor atau penggagas pertama. Sayangnya di Indonesia, orang senang berbisnis dengan sesuatu yang sedang booming. Asal booming mereka main asal comot.
"Kalau ikuti itu tren bisnisnya hanya dua atau tiga tahun. Kalau mau tahan lama jadi unicorn. Temukan sesuatu yang baru dari lama kreasikan jadi baru dikemas jadi modern. Dulu pisang goreng hanya sekedar gorengan. Pisang goreng madu hanya kita. Dikemas modern packing bagus," ujar Michelle.
Menurut Michelle tidak perlu malu dalam berbisnis. Seperti dia yang disebut tukang gorengan, tidak masalah, bahkan ia mengajak untuk melupakan stigma lama menjadi diri sendiri dengan mengeksplorasi sesuatu yang baru.
"Jangan melulu ambil bisnis dari luar. Bawa nama Indonesia supaya dikenal di negara lain."
Ekspansi
Michelle mengatakan penting juga melakukan ekspansi yang luas. Seiring berjalana waktu dengan banyaknya paparan di media sosial, Pisang Goreng Madu Bu Nanik makin terkenal. Walaupun sejak 2007 mereka hanya mempunya satu outlet di Tanjung Duren, Jakarta Barat namun produknya bisa dinikmati di mana saja dengan berekspansi. Bisa ekspansi tanpa buka cabang.
"Buka cabang ingin, cuma kalau nanti buka cabang lebih ke pick up point cetralize di suatu tempat jadi quality control tetap terjaga. Pisang yang ada setengah matang," tambahnya.
Sebelum buka cabang, Nanik bekerja sama dengan perusahaan logistik berbasis teknologi Paxel untuk mengantar camilan-camilan itu ke 12 kota di daerah Jawa dan Bali di hari yang sama. Hal ini dilakukan karena permintaan konsumen luar kota akan Pisang Goreng Madu Bu Nanik yang semakin tinggi, akhirnya membuat Nanik memberanikan diri untuk ekspansi usahanya keluar Jabodetabek mulai Oktober 2019 lalu. Ia mengaku butuh waktu 12 tahun untuk akhirnya berani ekspansi ke luar daerah.
"Untungnya saya ketemu partner yang pas bisa mewujudkan rencana ekspansi. Tadinya tidak terpikir bagaimana pisang goreng saya bisa sampai ke Surabaya malah Bali, dalam kondisi masih baik. Sampai akhirnya ketemu Paxel," tambahnya.
Sebelumnya, dalam sehari ia biasa mengirimkan tiga ton pisang mentah untuk area Jabodetabek. Setelah berekspansi, meningkat menjadi empat ton pisang mentah sehari. Artinya peningkatan hingga 33 persen pengiriman pisang mentah dalam sehari.