REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fish and chips atau ikan dan kentang goreng terkenal sebagai makanan asal Inggris. Namun, siapa sangka hidangan yang telah disukai banyak orang di seluruh dunia ini ternyata bukan berasal dari Inggris.
Dialam sebuah wawancara dengan The New York Times, Jamie Oliver mengungkapkan asap muasal fish and chips. Ia mengatakan pada awalnya, hidangan ini dikenal di Inggris melalui imigran Yahudi di Portugis.
Menurut Oliver, ada berbagai faktor yang mempengaruhi masakan. Mulai dari perdagangan, perang, hingga ratusan orang-orang yang tergabung dalam pasukan bersenjata.
Ia mengatakan banyak orang Inggris yang saat ini sangat menyukai fish and chips. Tentu mereka akan sangat terganggu hika ada mengatakan fakta bahwa hidangan itu berasa dari imigran Yahudi Portugis.
“Sebenarnya jika ingin kembali melihat makanan Inggris yang sebenarnya bukanlah fish and chips, namun itu adalah thistle (kelompok tumbuhan berbunga) dan kol,” ujar Oliver dilansir The Independent, Selasa (19/11).
Menurut Times of Israel, orang-orang Yahudi Sephardic Portugis, yang melarikan diri dari Inkuisisi pada abad ke-16, pada awalnya memakan hidangan itu karena mengikuti pedoman keagaamaan mereka. Fish and chips juga berguna bagi orang-orang Yahudi yang berpura-pura menjadi Kristen selama Inkuisisi, karena hidangan itu berarti mereka bisa menghindari daging pada hari Jumat. Sementara memiliki sisa makanan untuk dimakan di Shabbat, waktu ketika memasak dilarang.
Saat warga Yahudi menetap di Inggris, mereka membuat ikan goreng dan menjualnya di jalan. Variasi ikan membuat ini terus berkembang menjadi budaya populer.
Belum ada yan mengetahui siapakah orang pertama yang menyajikan fish and chips. Namun, Joseph Malin, seorang imigran Yahudi yang menyajikan hidangan ini dengan versi lengkap dan lezat pada 1860 mendapat banyak pujian.
Selain itu, pengusaha bernama John Lees juga mendapat banyak pujian dengan menjual fish and chips di Lancashire pada awal 1863. Hidangan ini pertama kali populer di kalangan pekerja di Inggris karena harganya terjangkau dan pada 1927, diperkirakan ada 35 ribu toko yang menjual masakan tersebut di negara Eropa Barat itu.