Selasa 19 Nov 2019 05:40 WIB

LIPI: Pembakaran Plastik tak Sempurna Bahayakan Lingkungan

Plastik yang dibakar tak sempurna melepaskan dioksin yang berbahaya.

[Ilustrasi] Dua fragmen mikroplastik biru, kemungkinan berasal dari alat tangkap yang dibuang.
Foto: EPA/ALEX HOFFORD
[Ilustrasi] Dua fragmen mikroplastik biru, kemungkinan berasal dari alat tangkap yang dibuang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan pembakaran plastik untuk bahan bakar industri membahayakan lingkungan jika dilakukan tidak sempurna. Plastik yang dibakar melepaskan zat berbahaya lain yang menempel pada mikroplastik.

"Plastik itu sifatnya unik. Ketika plastik sudah masuk ke alam bisa menjadi media pembawa bahan pencemar lain. Ketika plastik sudah bercampur limbah, kita tidak pernah tahu limbahnya apakah domestik atau termasuk limbah berbahaya, apalagi sudah lama seperti yang diimpor, bisa berbulan-bulan sampai ke Indonesia, itu ada kemungkinan menempel," ujar peneliti di Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Muhammad Reza Cordova ketika dihubungi di Jakarta, Senin (18/11).

Baca Juga

Belum ada penelitian yang menguji secara pasti tingkat bahaya mikroplastik dan dampaknya terhadap tubuh. Tetapi, sifat unik tersebut bisa membuat plastik mengandung zat lain, seperti ftalat atau dioksin yang terbukti memberikan dampak buruk bagi kesehatan.

Mikroplastik menurut asalnya memang ada dua jenis, yang diproduksi sebagai mikroplastik, seperti microbeads pada kosmetik. Kedua adalah hasil degradasi dari plastik besar yang mungkin terdegradasi oleh cahaya matahari atau gelombang laut akhirnya menjadi mikroplastik, seperti yang ditemukan di biota laut.

Sebelumnya, penelitian International Pollutants Elimination Network (IPEN) mengungkap adanya senyawa berbahaya dioksin dalam sampel telur di dua desa di Jawa Timur. Kandungan dioksin yang ditemukan di sampel telur ayam kampung di desa Bangun, Kabupaten Mojokerto dan Tropodo, Kabupaten Sidoarjo itu 70 kali lebih tinggi dari standar keselamatan yang ditetapkan badan kesehatan pangan Eropa yaitu European Food Safety Authority (EFSA).

Kandungan dioksin itu menurut uji laboratorium merupakan yang tertinggi kedua di Asia setelah hasil temuan di Vietnam akibat paparan bahan senjata kimia agen oranye yang digunakan Amerika Serikat saat perang Vietnam pada 1960-an. Dioksin jika dikonsumsi dalam jangka panjang dapat menyebabkan kanker, merusak sistem kekebalan tubuh, dan pertumbuhan.

Kandungan bahan kimia terparah tercatat di dekat pabrik-pabrik tahu yang membakar plastik untuk bahan bakar di Desa Tropodo, Jawa Timur. Praktik tersebut bisa saja menjadi salah satu penyebab adanya kandungan dioksin.

Proses pembakaran plastik yang tidak sempurna dapat menghasilkan dioksin. Menurut peneliti polimer di Pusat Penelitian Kimia LIPI Witta Kartika Restu, plastik harus dibakar di atas suhu 600 derajat Celsius agar tidak menghasilkan dioksin.

"Berbagai jenis plastik kalau tidak mau menghasilkan polusi maka harus dibakar dalam suhu yang tinggi, tapi kalau suhunya rendah kemungkinan ada senyawa dioksin yang akan terbakar," ujar Witta ketika dihubungi, Senin.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement