REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gaya rambut pria zaman sekarang mungkin terlihat semakin beragam. Akan tetapi, menurut Oky Andries selaku marketing director Barberlyfe Indonesia, sebenarnya potongan rambut pria masih terpaku di situ-situ saja.
"Cuma masih terpaku under cut, top cut. Macam-macam gaya itu hanya bisa dibatasi, 10 misalnya, masih belum terlalu banyak," kata Oky yang juga pendiri Chief Company.
Agar gaya rambut pria tidak monoton, Chief Company berencana meluncurkan 100 gaya rujukan pada 2020. Menurut Oky, selama ini para barber maupun pelanggan belum berani keluar lebih bebas dari diri mereka, hanya terpaku belah pinggir dan belah tengah.
"Makanya kami beri banyak pilihan, kami coba kombinasikan, misalnya bagian atas dibagi menjadi beberapa bagian. Biasanya, kalau atas tipis, bawah juga tipis. Nah, ini dibuat beda, ternyata hasilnya bisa beda-beda," ujarnya.
Selain potongan, produk yang dipakai juga bisa menghasilkan tampilan rambut yang berbeda-beda. Contohnya pemakaian cream, pomade, dan powder akan memberikan efek berbeda mulai dari basah, kering, dan gampang diatur.
Terlepas dari itu, Oky mengatakan, sebelum menata rambut, tiap pria perlu mengenali dulu karakter rambutnya, mulai dari rambut keriting, lurus, bergelombang, atau ikal. Satu jenis rambut, menurutnya, bisa ditata menjadi puluhan gaya.
Dalam rangka edukasi dan menemukan bakat-bakat di seluruh Tanah Air, Chief Company menggelar Barberlyfe Indonesia vol. 4 dengan tema FREEDOMINATION. Acara menghadirkan International lady barber Educator dari Amerika, setelah sebelumnya diisi oleh 3 (tiga) Barber asal Eropa.
Tujuannya mengakomodir manifestasi keinginan pria urban untuk keluar dari zona nyaman tren yang ada saat ini. Dengan begitu, kaum Adam dapat dengan bebas memilih tatanan rambutnya sambil sekaligus berekspresi dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
