REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog anak dan remaja Ratih Zulhaqqi meminta orang tua jangan sampai terlambat berkonsultasi pada tenaga medis ahli apabila anak terlanjur kecanduan gawai. Kendati demikian, mencegah menjadi upaya yang lebih baik.
Mengantisipasi menjadi cara paling efektif tetapi orang tua harus tahu ilmunya terlebih dahulu. Misalnya, kapan penggunaan gawai diperbolehkan hingga stimulasi apa saja yang harus diberikan saat masa perkembangan anak.
"Karena mayoritas orang tua ingin anak cerdas hanya di bidang akademik. Kemudian simulasinya diberikan permainan gawai berbahasa Inggris. Mereka bilang supaya anaknya bisa bahasa inggris tapi buat saya itu tidak adil buat anak kalau tujuannya memenuhi ambisi ortu," katanya.
Selain itu, Ratih meminta orang tua untuk memberikan akses penggunaan gawai pada anak ketika berumur minimal 14 tahun. Sementara anak yang berusia di atas tiga tahun, masih bisa menonton tayangan di gawai dengan catatan maksimal selamal satu jam per hari.
"Artinya ortu harus mendampingi. Jangan dilepas karena bisa disalahgunakan karena kontennya tidak tersaring, misalnya mengakses pornografi," katanya. Ia meminta orang tua yang telah membuat aturan, kemudian tegas berusaha menegakkan aturan secara konsisten.
Selain itu, pihak sekolah ikut meminimalisasi penggunaan gawai dengan tidak menjadikan gadget sebagai media belajar. Ia menyontohkan, pihak sekolah bisa memberikan tugas pekerjaan rumah (PR) tanpa melalui gawai melainkan ditulis di papan sebelum pulang sekolah. Kemudian, anak bisa mencatat tugasnya cukup hanya dengan melihat di sekolah.