REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Olahraga memang baik untuk kesehatan. Namun, melakukan sejumlah aktivitas fisik tentu harus mematuhi 'rambu-rambu' yang ada, khusunya lari maraton.
Dokter Spesialis Orthopaedic Omni Hospitals dr. Bobby N. Nelwan, Sp.OT, mengatakan bahwa sebagian besar cedera olahraga atau lari timbul karena memaksakan kinerja otot dan tulang secara berlebihan. Cedera yang sering dialami oleh para pelari adalah penebalan tendon yang diakibatkan oleh penggunaan otot secara berlebihan, nyeri pada lutut bagian depan, terkilir atau keseleo dan otot tegang.
"Bisa pula cedera atau iritasi tendon achilles yang berada di bagian belakang pergelangan kaki dan nyeri pada bagian tulang kering setelah berlari," kata Bobby, Sabtu (26/10).
Bobby mengatakan, jika mengalami cedera saat berolahraga lari, segera istirahatkan kaki yang cedera selama 48 jam, kompres dengan es di area yang sakit untuk mengurangi pembengkakan. Kemudian, bisa gunakan elastic verband, dan jika berbaring letakkan posisi kaki yang cedera lebih tinggi 6 hingga 10 inci dari jantung, atau para runner lebih mengenal teknik ini dengan istilah RICE.
“Tidak sedikit para pelari mengabaikan rasa nyeri pada kaki atau lututnya, yang merupakan alarm dari tubuh sebagai pencegahan cedera yang lebih lanjut,” katanya.
Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya melakukan pemanasan sebelum olahraga dan pendinginan setelah olahraga. Tak lupa pula untuk mengatur pola makan serta melakukan latihan fisik secara rutin dan benar agar dapat menghindari cedera.
Ia menambahkan, olahraga lari memang memiliki dampak yang positif bagi tubuh, diantaranya menjaga kesehatan jantung, melatih otot, mencegah depresi, mencegah osteoporosis, diabetes, dan obesitas. Namun dibalik sehatnya olahraga lari, tidak jarang cedera mengintai para pelari.