Selasa 22 Oct 2019 20:53 WIB

Cross-Dressing 'Akrab' di Dunia Fesyen

Cross-dressing di dunia mode menjadi bentuk promosi hingga profesionalitas.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Nora Azizah
Pertunjukan hiburan yang melakukan cross-dressing (Ilustrasi)
Foto: Flickr
Pertunjukan hiburan yang melakukan cross-dressing (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Istilah cross dressing di dunia fesyen bukanlah hal baru. Namun, hal ini dilakukan sebagai bentuk promosi hingga profesionalitas dari para pelaku industri fesyen.

Pakar Mode dan Ketua Indonesia Modest Fashion Designer (IMFD) Jeny Tjahyawati mengungkapkan, cross dressing sebelumnya sudah populer di berbagai negara. Cross dressing juga sudah 'akrab' di Malaysia sejak beberapa tahun lalu.

Baca Juga

"Saat itu sedang ngetrend salah satu merek scarf tertentu, banyak orang rela antri untuk mendapatkan koleksi terbaru scarf ini," ujar Jeny disela konferensi pers Indonesia Modest Fashion Week (IMFW) 2019 di Jakarta, akhir pekan lalu.

Jeny menjelaskan, salah satu tim Public Relation dari merek scarf tersebut adalah seorang pria. Namun demi tuntutan pekerjaan, dia juga memakai scarf tersebut sebagai hijab.

"Dia public relation pakai hijab. Saya kira ini model, tapi laki-laki. Ternyata dia model, dia sekolah fashion, dia pakai hijab, pakai scarf," ungkap Jen.

Tidak hanya itu, ia juga pernah menemukan salah satu staf dari seorang desainer berjenis kelamin laki-laki tetapi memakai hijab. Para pria yang memakai hijab ini melakukan promosi produk melalui media sosial Instagram.

Jeny menambahkan, pria tersebut memakai hijab dan membuat video tutorial menggunakan hijab tersebut. "Nah semakin banyaknya hal ini dilakukan di sosial media, banyak mereka ngevlog atau instastory, jadi mungkin banyak yang ikut-ikutan," jelas Jeny.

Di Malaysia, fenomena cross dressing tak hanya memakai hijab. Beberapa siswa sekolah mode kerap melakukan cross dressing pada acara tertentu, misalnya menghadiri acara pesta.

"Di sekolah fashion di Malaysia, kebetulan beberapa muridnya magang di tempat saya, dari beberapa tahun lalu. Mereka (laki-laki) kalau ada party begitu, mereka dandan. Banyak yang begitu," ujarnya.

Berdasarkan pengalaman Jeny, cross dressing juga kerap dilakukan di acara fashion show. Ia juga pernah menemukan pelaku cross dressing yang melakukan hal tersebut karena tuntutan pekerjaan.

Saat itu ada seorang model berparas cantik. Namun setelah diketahui ternyata model tersebut adalah pria. "Pas ganti baju dia menyendiri, ternyata dia bukan wanita," ungkap Jeny.

Menurut Jeny, cross dressing di beberapa negara memang sudah dilakukan secara nyata dan jelas. Penyebab cross dressing di luar dunia mode mungkin bisa saja disebabkan pergaulan.

Namun bagi Jeny sebagai perancang busana muslim, cross dressing tidak diperbolehkan dalam Islam. Bila terdapat komunitas pria yang mengenakan busana muslim muslimah hingga niqab tentu tidak diperbolehkan di dalam agama.

"Pria yang menggunakan gamis juga niqab, itu aneh dan sangat mengejutkan," kata Jeny.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement