Jumat 18 Oct 2019 11:31 WIB

Psikolog: Cross-Dressing Belum Tentu Penyimpangan Seksual

Pelaku crossdressing belum tentu transgender.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Nora Azizah
Pertunjukan teater yang menggunakan cross-dressing
Foto: Wikimedia
Pertunjukan teater yang menggunakan cross-dressing

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Istilah crossdressing yang kemudian berkembang menjadi crosshijabers di Indonesia tak berhenti dibahas. Crossdressing atau berlintas busana menimbulkan tanda tanya, apakah ini merupakan perilaku penyimpangan seksual?

Menurut Psikolog, Ine Indriani MPsi, Psi, crossdressing belum tentu masuk perilaku menyimpang seksual. Sebab, istilah ini sudah ada berpuluh tahun yang lalu, bahkan sejak zaman perang.

Baca Juga

Berlintas busana merupakan perilaku menggunakan pakaian yang berbeda dari gender. Misalnya, laki-laki menggunakan pakaian perempuan, atau sebaliknya.

Ine mengungkapkan, sebagai contoh, di Jepang ada budaya kabuki. Kabuki merupakan laki-laki yang memerankan tokoh wanita dalam pertunjukkan. Kabuki lahir karena pada masa itu wanita dilarang berperan dalam peran sandiwara.

Bahkan di Indonesia, kata Ine, ada tarian dari Jawa yang bernama lengger lanang. Tarian ini juga dibawakan laki-laki. Dari dua contoh tersebut disimpulkan bahwa crossdressing sebelumnya sudah ada dan diperbolehkan dengan alasan norma dan budaya yang berlaku.

"Sehingga kita lihat crossdressing ini terjadi karena budaya," ujarnya kepada Republika.co.id, Jumat (18/10).

Ine mengatakan, ketika crossdressing dikaitkan dengan penyimpangan seksual maka harus melihat konteks perilaku tersebut lebih dalam. Saat ini, fenomena yang terlihat memang sekelompok laki-laki memakai pakaian dan berperilaku sebagai perempuan.

Para pelaku tersebut, lanjut Ine, merasa bahwa mereka ingin menjadi transgender sehingga mengenakan pakaian yang berbeda dari gendernya. Hal ini dilakukan karena mereka ingin menjadi perempuan atau sebaliknya.

"Jadi intinya crossdressing belum tentu transgender. Tapi dengan fenomena yang ada, para transgender berperilaku atau berpenampilan menggunakan istilah crossdressing," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement