Jumat 18 Oct 2019 09:40 WIB

Ini Kesalahan Terjamak Ibu Muda Mengelola Keuangan

Pertemanan hingga 'gengsi' membuat pengeluaran keuangan tidak pada tempatntya.

Rep: Umi Soliha/ Red: Nora Azizah
Ibu muda mengelola keuangan (Ilustrasi)
Foto: shutterstock
Ibu muda mengelola keuangan (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut Perencana Keuangan Prita Hapsari Ghozie, bukan hal baru jika perempuan mudah terpengaruh dengan lingkungan. "Biasanya, perempuan ingin mengikuti semua gaya hidup yang mereka lihat tanpa mempertimbangkan kemampuan finansialnya," ujar Prita, belum lama ini di Jakarta.

Prita ingin berbagi mengenai hal apa saja yang menjadi kesalahan keuangan pada ibu muda. Ia menggaris bawahi beberapa kesalahan keuangan yang kerap dilakukan seorang ibu baru.

Baca Juga

Prita mengatakan, ibu baru cenderung merasa butuh dan memiliki keinginan yang sama dengan ibu lainnya. Namun, kemampuan finansialnya ternyata berbeda.

Hal ini yang paling sering terjadi karena pengaruh lingkugan ibu-ibu cenderung mengikuti keinginan tanpa membuat daftar kebutuhan yang diprioritaskan. Padahal, setiap orang memiliki kondisi finasial yang berbeda. Jika kebiasaan ini tidak segera diubah akan meyebabkan keuangan keluarga tidak sehat.

Kemudian, seorang perempuan yang beru menjadi ibu cenderung menggampangkan meminjam atau berutang. Kini kita hidup di jaman serba mudah, bahkan meminjam uang bisa dilakukan hanya dalam waktulima menit saja. Dengan kemudahan yang ada membuat ibu-ibu kebablasan meminjam uang.

"Sekarang itu bukan jaman kartu kredit lagi tapi pinjaman online. Tanpa kita datang ketempat atau mengurus administrasi kita sudah bisa mendapatkan uang. Sehingga, kebanyakan ibu menggampangkan, berpikir semunya juga nanti selesai dan akhirnya menumpuk," ujar Prita saat peluncuran buku 'MoneySmart Parent' di Jakarta beberapa waktu lalu.

Prita juga menyebutkan bahwa sebagian ibu muda mudah emosional. Banyak sekali ibu-ibu  yang mengaitkan komsumsi dengan emosional. Mereka tidak berpikir dampak yang akan terjadi setelah melakukan kegiatan konsumtif tersebut.

Tak hanya itu, ibu mudah cenderung mudah berinvestasi karena alasan pertemanan. Ibu-ibu juga sering memutuskan investasi kerana hanya berdasarkan pertemanan. Padahal sebenarnya mereka tidak mengerti tentang latar belakang investasi tersebut.

"Terkadang kita tidak menguasai investasi itu apa, kita main 'kata orang' saja. Padahal sebenarnya melakukan apapun untuk jangka panjang kita harus riset dulu," kata Prita.

Prita menambahkan, jika ingin berinvestasi, hal yang harus diperhatikan adalah jangka waktunya, kapan dana tersebut akan digunakan. Ia mencontohkan, jika investasi pendidikan sebaiknya menggunakan reksadana.

"Yang bikin males itu kan yang melakukan sendiri namun kalau bisa dibikin yang otomatis jadi lupa taunya sudah ke kumpul hasilnya. Jangan lupa dibackup dengan emas karena saat terjadi krisis kita siap dengan cadangan itu,"imbuhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement