REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikiater Nova Riyanti Yusuf mengimbau para orang tua agar tidak membawa anak-anak saat hendak menonton film Joker. Dia mengatakan, setiap orang haruslah menjadi penikmat film yang sesuai dengan usianya.
Nova mengingatkan, dalam Joker terdapat banyak adegan kekerasan. Paparan tersebut dikahwatirkan mempengaruhi pola perilaku anak nantinya.
"Nah, orang tua jangan misal, ya sudah deh, mumpung ada film, sambil bawa anak terus pergi nonton," kata psikiater yang akrab disapa Noriyu ini ketika dihubungi Republika.co.id.
Noriyu mengungkapkan, sebuah penelitian pernah dilakukan dengan menyuguhkan tiga tontonan berbeda kepada tiga anak yang berbeda. Dia mengatakan, salah satu anak diberi tontonan kartun Batman-Superman, satu menyaksikan Mr Rogers Neighborhood, sementara satu sisanya menonton film netral yang tidak memiliki pesan apapun.
Hasilnya, menurut Noriyu, anak yang menyaksikan kartun Batman-Superman cenderung berperilaku destruktif, merusak mainan, hingga melakukan tindakan kasar kepada teman-teman disekelilingnya. Sedangkan yang disuguhi Mr Rogers cenderung lebih bisa kooperatif.
"Jadi memang ada penelitiannya kalau di bawah empat tahun mereka belum bisa membedakan antara fantasi dan realitas," kata Noriyu.
Lebih jauh, Noriyu mengungkapkan bahwa film yang mengandung kekerasan jika disaksikan oleh anak-anak ditakutkan akan memberi opini kalau kekerasan merupakan sebuah upaya resolusi konflik yang dibolehkan. Dia melanjutkan, film kekerasan bisa jadi memberi gambaran bahwa perilaku kasar merupakan hal yang wajar.
"Nah ini yang kita harus jaga karena mereka mengidolakan. Apalagi di akhir film (Joker) dia juga seperti itu dan jadi pahlawan," katanya.
Dia meminta orang tua untuk mematuhi tentang usia yang diperbolehkan untuk menyaksikan film tersebut. Dia mengatakan, film-film yang mengandung konten kekerasan tidak boleh disaksikan anak-anak.