Rabu 09 Oct 2019 01:55 WIB

FFI 2019 Hadirkan Film Terbaik di Pekan Kebudayaan Nasional

Penikmat film bisa menyimak karya pilihan mulai Senin (7/10) sampai Jumat (11/10).

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Friska Yolanda
Konferensi pers Korea Indonesia Film Festival (KIFF) 2019 di CGV Grand Indonesia, Jakarta, Kamis (3/10).
Foto: Republika/Rahma Sulistya
Konferensi pers Korea Indonesia Film Festival (KIFF) 2019 di CGV Grand Indonesia, Jakarta, Kamis (3/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Festival Film Indonesia (FFI) 2019 turut meramaikan Pekan Kebudayaan Nasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Kegiatan berlangsung di Istora Senayan, Jakarta. 

Deretan sinema itu ditayangkan di Ruang Bersama di sekitar area Patung Presiden Soekarno. Sejumlah judulnya termasuk Ada Apa Dengan Cinta 2?, Wiro Sableng: Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212, Banda: The Dark Forgotten Trail, serta Surau dan Silek

Penikmat film bisa menyimak karya pilihan mulai Senin (7/10) sampai Jumat (11/10). Pendaftaran gratis bisa dilakukan melalui situs https://pkn.kebudayaan.id/. Selain pemutaran film, ada juga temu muka dengan bintang film dan pembuat film Indonesia. 

Beberapa nama sineas serta pemeran itu antara lain Kamila Andini, Gina S Noer, Angga Yunanda, Ine Febriyanti, dan Aurora Ribero. Ada pula Lola Amaria, Kelly Tandiono, Zidni Hakim, juga Hanung Bramantyo, Mawar de Jongh, Giorgino Abraham, Jerome Kurnia.

Dengan tema #IndonesiaBahagia yang diusung oleh Pekan Kebudayaan Nasional tahun ini, FFI merasa perlu ikut ambil bagian. Keterlibatan tersebut dalam rangka turut merayakan pesatnya perkembangan industri film Indonesia yang kian beragam. 

Film-film yang diputar merupakan nominasi FFI di tahun-tahun sebelumnya. Semua menunjukkan keberagaman konten dan tema yang memberikan sinyal positif bagi kemajuan perfilman Indonesia di masa mendatang.

Tahun ini, FFI 2019 akan mengadakan lebih banyak program menuju Piala Citra 2019 yang siap diselenggarakan di bulan Desember. Dengan tema #FilmBagusCitraIndonesia, FFI yang dihelat sejak 1955 diharapkan bisa menjadi barometer kualitas film dalam negeri. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement