Selasa 24 Sep 2019 01:35 WIB

Vape Hancurkan Lapisan Sel Pernapasan

American Medical Association telah meminta penggunaan vape dihentikan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Dwi Murdaningsih
Vape dengan perasa sudah mulai dilarang penjualannya di sebagian negara bagian Amerika. Juga dilarang di Jepang dan India.
Foto: AP
Vape dengan perasa sudah mulai dilarang penjualannya di sebagian negara bagian Amerika. Juga dilarang di Jepang dan India.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masalah pemakaian vape terus berkembang. Kali ini, penelitian menyatakan, uap dari vape dapat membunuh sel-sel yang melapisi saluran udara manusia.

Ilmuwan di University of Adelaide di Australia menemukan, asap dari tiga jenis cairan vape rasa apel dapat menghancurkan sel epitel bronkial. Lapisan tersebut merupakan bagian sistem pernapasan dan penting untuk menjaga paru-paru serta saluran udara tetap bersih.

Baca Juga

Para peneliti menemukan uap yang dihasilkan vape bisa mengganggu sistem kekebalan tubuh. Masalah ini akan sangat mengganggu bagian makrofag atau sel darah putih yang mencerna dan menyimpan sel tidak sehat dan bagian asing.

Saat ini, vape telah berada di bawah pengawasan ketat. Kondisi tersebut terjadi setelah ratusan orang di Amerika Serikat terserang sakit. Bahkan beberapa meninggal dunia karena penyakit paru-paru yang tampaknya terkait dengan penggunaan benda tersebut.

Pekan lalu, para pejabat AS mengumumkan orang kedelapan telah meninggal dan sekitar 530 lainnya menderita masalah paru-paru misterius yang sama. Sebagian besar pasien adalah pria muda dengan rentang usia 20-an atau awal 30-an tahun.

Peneliti University of Adelaide mengatakan, temuan yang didapatkan menunjukkan perlu ada peraturan pemerintah yang lebih ketat tentang vape. Hingga saat ini, belum ada peraturan tentang pembuatan cairan yang digunakan oleh alat tersebut.

"Juga tidak ada persyaratan untuk mencantumkan bahan atau jumlahnya," kata salah satu ilmuwan di balik penelitian Miranda Ween, dikutip dari The Independent, Selasa (23/9).

Penemuan ini menekankan, vape tidak bisa menjadi alternatif dari kegiatan merokok. Sebelumnya, vape sering kali dianggap lebih aman dari rokok.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), yang memantau wabah penyakit di AS, menyatakan, mereka belum dapat mengidentifikasi bahan kimia atau zat tertentu yang mungkin memicu kematian akibat uap. Namun, penyelidikan telah menemukan banyak korban memiliki kantong sel-sel tersumbat, padahal itu bertanggung jawab untuk menghilangkan kotoran dari paru-paru.

Meskipun belum ada kesimpulan yang pasti, American Medical Association telah meminta penggunaan vape dihentikan sampai penyebab wabah penyakit paru-paru telah diidentifikasi. Beberapa negara bagian AS telah melayang gagasan untuk melarang vape dengan cairan rasa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement