Senin 09 Sep 2019 10:35 WIB

Dokter Ingatkan Risiko Gonta-ganti Pasangan Intim

Penyakit menular seksual menghantui mereka yang kerap gonta-ganti pasangan intim.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Petugas mengeluarkan sampel darah di atas perangkat rapid test HIV/AIDS di STKIP Tulungagung, Tulungagung, Jawa Timur, Rabu (24/7/2019).
Foto: Antara/Destyan Sujarwoko
Petugas mengeluarkan sampel darah di atas perangkat rapid test HIV/AIDS di STKIP Tulungagung, Tulungagung, Jawa Timur, Rabu (24/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Praktisi klinis dr Ari Fahrial Syam SpPD mengingatkan bahaya gonta-ganti pasangan intim. Ia mengatakan, berbagai penyakit seksual menular, terutama infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), mengintai orang yang melakukan seks bebas.

Berdasarkan pengalaman klinisnya sebagai dokter spesialis penyakit dalam, Ari mendapati bahwa pasien dengan HIV terjadi pada semua kalangan. Penyakit ini bisa mengenai semua orang tanpa memandang latar belakangnya.

Ironisnya, menurut Ari, ibu rumah tangga (IRT) yang setia pada pasangan pun juga banyak yang terserang HIV. Salah satu jalur penularannya ialah dari suaminya yang suka “jajan” di luar. Selain itu, perempuan yang melakukan seks pranikah juga bisa terserang HIV dari pasangannya yang lebih dulu terinfeksi HIV akibat berbagi jarum suntik saat mengonsumsi narkoba.

Ari mengungkapkan, selain HIV, infeksi penyakit seksual menular lain yang mungkin melanda perempuan pelaku seks bebas ialah kanker mulut rahim. Sementara itu, pria yang kerap gonta-ganti pasangan intim lebih berisiko untuk menderita kanker prostat di kemudian hari.

"Saya masih ingat ketika seseorang pasien laki-laki muda datang kepada saya karena menderita infeksi kencing nanah (GO) setelah berhubungan dengan wanita “baik-baik”. Sang pasien tidak habis pikir wanita yang disangka "baik-baik" tersebut ternyata menularkan kencing nanah kepada dirinya," ujar dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Ari mengatakan, penganut seks bebas berpotensi tertular penyakit yang didapat dari pasangan seks sebelumnya. Selain HIV dan GO, hepatitis B atau C juga menjadi penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual.

"Secara fisik tidak dapat dibedakan siapa yang di dalam tubuhnya mengandung virus yang sangat berbahaya tersebut, namun begitu tes darah akan terungkap virus apa yang menginfeksinya," kata dokter spesialis penyakit dalam yang juga konsultan gastroenterologi dan hepatologi ini.

Fase tanpa keluhan penderita infeksi virus ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun. Ari mengatakan, ia sering mendapatkan pasien dengan HIV/AIDS yang memperkirakan mereka tertular sekitar lima atau 10 tahun sebelumnya dari aktivitas seks pranikah.

"Oleh karena itu, saat kita berhubungan seks dengan seseorang yang bukan istri/suami kita maka kita sudah berisiko untuk mengalami penyakit infeksi yang berbahaya dan mematikan," kata Ari.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement