Senin 02 Sep 2019 09:41 WIB

Ilustrasi Buku #88LOVELIFE Wakili Beragam Perempuan

Wanita diajak menerima fisiknya apa adanya lewat ilustrasi buku #88LOVELIFE.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Indira Rezkisari
Penulis Diana Rikasari (berkacamata) dan ilustrator Dinda Puspitasari bersiap meluncurkan buku keempat berjudul Self Acceptance by #88LOVELIFE.
Foto: Republika/Shelbi Asrianti
Penulis Diana Rikasari (berkacamata) dan ilustrator Dinda Puspitasari bersiap meluncurkan buku keempat berjudul Self Acceptance by #88LOVELIFE.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Self Acceptance by #88LOVELIFE menjadi buku keempat kolaborasi penulis Diana Rikasari dan ilustrator Dinda Puspitasari. Volume terbaru tersebut menampilkan ilustrasi yang berbeda dibandingkan judul-judul sebelumnya.

"Pada buku satu, dua, dan tiga, saya menggambarkan sosok Diana selaku penulis, tapi sekarang berbeda. Ada banyak karakter perempuan muda dengan penampilan yang bervariasi," kata Dinda selaku ilustrator.

Baca Juga

Bahkan, dia menampilkan pula gambar karakter yang mewakili dirinya secara fisik. Dengan ilustrasi yang variatif itu, Dinda juga mengajak semua perempuan menerima fisik apa adanya sesuai tema yang diusung oleh buku.

Dinda sengaja merancang desain sampul yang jauh berbeda untuk keluar dari zona nyaman. Jika buku sebelumnya identik dengan warna merah muda dan ungu, sampul buku keempat jauh lebih halus dengan latar putih.

Pada bagian dalam buku, Dinda menerapkan konsep visual yang tidak terlalu rapi. Ada banyak coretan seolah-olah buku itu adalah jurnal pribadi. Huruf yang digunakan bukan dari template desain, tetapi mengikuti bentuk tulisan tangan Diana.

Secara bertahap, Diana mengirimkan tulisan-tulisannya kepada Dinda untuk diubah menjadi ilustrasi. Dinda juga memadukannya dengan foto-foto asli. Sebelum menggarap ilustrasi, dia meriset apa yang pembaca suka dan memasukkannya ke buku.

Kerja sama Dinda dan Diana kali ini berlangsung lintas negara. Dinda berada di Indonesia, sementara Diana bermukim di Swiss bersama suami dan kedua anaknya. Pada pertengahan prosesnya, Dinda tidak memungkiri dia sempat merasa stuck.

"Saat tidak lancar, sempat pergi dulu ke Melbourne melihat referensi visual lain untuk dapat momen pencerahan. Jalan juga berdua Diana ke Bangkok dan akhirnya lancar lagi," ungkap penulis buku Dinda Puspitasari’s World of Pattern itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement