REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Menurut sebuah penelitian, para ilmuan menemukan bahwa orang yang memiliki gejala kesulitan tidur (insomnia) lebih besar resikonya terkena penyakit kardiovaskular, seperti gagal jantung, stroke, dan gangguan arteri koroner. Para peneliti mengungkapkan hubungan antara kurang tidur dan masalah kardiovaskular, yang menghasilkan gagasan bahwa insomnia dapat berperan dalam menyebabkan penyakit seperti itu.
"Jika itu benar-benar masalahnya, maka jika kita dapat memperbaiki atau mengurangi gangguan tidur, itu mungkin mengurangi risiko stroke," kata Prof Hugh Markus, salah satu peneliti dari University of Cambridge dilansir dari The Guardian, Selasa (20/8).
Mereka juga mengungkapkan insomnia dapat disebabkan oleh faktor genetik. Tim meneliti lebih dari 250 genetik untuk menguji tingkatan risiko seseorang mengalami insomnia.
"Kebanyakan orang tidak memiliki semuanya, ada orang akan memilikinya dengan jumlah tinggi, cukup atau sedikit," kata Markus.
Namun dia tidak menampik adanya faktor lain yang menyebabkan timbulnya gejala insomnia, seperti faktor lingkungan, tempat tinggal, dan rutinitas berolahraga. Faktor ini disebutnya sebagai faktor sebab-akibat yang perlu diwaspadai namun masih dapat dicegah.
Sementara itu, Michael Holmes, dari University of Oxford, yang ahli dalam menggunakan genetika untuk membongkar risiko penyakit, mengungkapkan keraguannya atas hubungan antara insomnia yang disebabkan faktor-faktor tadi dengan risiko penyakit kardiovaskular.
"Penelitian ini tidak memungkinkan kita untuk menyimpulkan bahwa insomnia menyebabkan penyakit kardiovaskular. Sebaliknya, yang dapat kita katakan adalah bahwa individu yang membawa varian genetik yang terkait dengan risiko insomnia yang lebih tinggi juga memiliki risiko penyakit kardiovaskular yang lebih tinggi,” katanya.
Prof Jeremy Pearson, direktur medis asosiasi di British Heart Foundation, mengatakan, orang yang menderita insomnia memang sering kali berisiko lebih tinggi terserang penyakit jantung koroner, penyebab utama serangan jantung. Namun dia mengatakan sulit untuk mengetahui apakah ada hubungan langsung antara insomnia dan kardiovaskular.
"Kita belum dapat memastikan apakah ini karena perilaku lain yang umum di antara orang-orang yang kesulitan tidur, seperti diet yang buruk atau hidup dengan tekanan darah tinggi," katanya.
“Studi ini menunjukkan bahwa orang-orang yang susunan genetiknya membuat mereka mengalami insomnia juga memiliki risiko lebih tinggi terserang penyakit jantung koroner. Jika hubungan ini terbukti dalam penelitian lebih lanjut, ini dapat membuka jalan bagi cara yang lebih tepat untuk menurunkan risiko penyakit jantung pada orang yang menderita insomnia,” sambung Pearson.