Jumat 16 Aug 2019 17:00 WIB

Masyarakat Diimbau Jangan Langsung Percaya Khasiat Bajakah

Saat ini akar bajakah tengah santer diberitakan dapat menyembuhkan kanker payudara

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Christiyaningsih
Kanker payudara (ilustrasi).
Foto: riversideonline.com
Kanker payudara (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta masyarakat jangan langsung percaya informasi tentang khasiat tanaman bajakah di Kalimantan Tengah. Saat ini akar bajakah tengah santer diberitakan dapat menyembuhkan kanker payudara.

Kepala Balai Besar Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu Akhmad Saikhu mengingatkan masyarakat untuk tidak langsung percaya terhadap klaim tersebut. Menurutnya khasiat bajakah masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Baca Juga

"Penyembuhan kanker secara kuratif harus melalui penegakkan diagnosis dokter. Penggunaan obat tradisional atau jamu untuk menguatkan daya tahan tubuh boleh saja namun tidak bisa dikatakan itu menyembuhkan kanker,” katanya seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Jumat (16/8).

Indonesia memiliki hutan tropika terbesar kedua di dunia yang menyimpan potensi tumbuhan berkhasiat untuk kesehatan, salah satunya untuk pengobatan kanker. Melalui Riset Tumbuhan Obat dan Jamu (Ristoja), Badan Litbangkes membangun database pengetahuan etnofarmakologi, ramuan obat tradisional, dan tumbuhan obat di Indonesia.

Menurut Akhmad Saikhu, pada 2012 Ristoja berhasil menginventarisasi sebanyak 506 ramuan jamu untuk pengobatan tumor/kanker yang menggunakan tumbuhan obat tertentu. Ristoja yang dilakukan pada 2017 juga menemukan tumbuhan obat yang berpotensi untuk mengatasi kanker. Tercatat ada 223 ramuan kanker yang terdiri atas 244 tumbuhan obat.

Untuk dapat digunakan kepada pasien dalam upaya kuratif, tumbuhan obat dan jamu harus melalui serangkaian tahapan. Dibutuhkan rangkaian penelitian yang dimulai dari standarisasi tanaman untuk menjadi bahan baku yang bermutu dan aman. Kemudian dilanjutkan dengan uji pra-klinik pada hewan coba lalu uji klinik pada manusia melalui fase 1 sampai dengan fase 4.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement