Jumat 09 Aug 2019 11:00 WIB

Minuman Berkafein Berpotensi Memicu Migrain

Risiko migrain meningkat jika mengonsumsi tiga porsi atau lebih minuman berkafein.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Perempuan migrain. Ilustrasi
Foto: Hufingtonpost
Perempuan migrain. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Migrain merupakan salah satu jenis dari sakit kepala primer, yaitu sakit kepala yang penyebabnya belum diketahui secara jelas. Meski begitu, studi terbaru menunjukkan adanya keterkaitan antara konsumsi kafein dan migrain.

Kendati penyebab migrain pasti migrain belum jelas, ada beberapa hal yang dapat memicu terjadinya migrain. Tiap orang mungkin memiliki pemicu yang berbeda-beda, seperti cuaca, pola tidur, stres, hormon, konsumsi obat-obatan, olahraga, hingga pola makan.

Baca Juga

Studi terbaru yang dimuat dalam The American Journal of Medicine mengungkapkan bahwa konsumsi kafein dapat memicu terjadinya migrain. Kemunculan migrain terkait kafein ini tampak bergantung pada jumlah kafein yang dikonsumsi.

Studi ini melibatkan 98 partisipan yang pernah mengalami migrain, baik dengan atau tanpa aura. Selama enam minggu, para partisipan menuliskan diari elektronik setiap pagi dan malam. Dalam diary ini, para partisipan menulis beragam faktor mulai dari pola olahraga, konsumsi kafein dan alkohol, tingkat stres, kualitas tidur, dan juga kejadian sakit kepala.

Secara khusus, tim peneliti juga meminta para partisipan mencatat total konsumsi kafein harian. Asupan kafein ini meliputi asupan dari kopi, teh, soda, hingga minuman bersoda. Tim peneliti lalu melakukan pengolahan semua data yang terkumpul dengan model statistik.

Dari pengolahan data ini ditemukan bahwa konsumsi satu atau dua porsi minuman bersoda dalam satu hari tidak memengaruhi risiko seseorang untuk mengalami migrain pada hari yang sama. Akan tetapi, risiko kemunculan migrain bisa meningkat bila seseorang mengonsumsi tiga porsi atau lebih minuman berkafein dalam satu hari.

"Ini mengindikasikan bahwa asupan minuman berkafein yang tinggi dapat memicu sakit kepala migrain pada hari itu," terang salah satu peneliti dari Departemen Epidemiologi di Harvard TH Chan School of Public Health Elizabeth Mostofsky, seperti dilansir Medical News Today.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa 30 persen dari orang dewasa berusia 18-65 dengan gangguan sakit kepala mengalami migrain. Seperti dilansir laman resmi WHO, Global Burden of Disease Study pada 2013 mengungkapkan bahwa migrain merupakan penyebab kehilangan akibat disabilitas keenam tertinggi di dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement