REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Sub Direktorat Masalah Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja Lina R Mangaweang memaparkan perlu adanya batasan waktu bagi anak dalam menggunakan gawai. Penggunaan gawai disesuaikan dengan umur anak agar tidak memberikan dampak buruk jika digunakan secara berlebihan.
Dokter spesialis kejiwaan tersebut mengatakan pemberlakuan batasan waktu penggunaan gawai pada anak harus ketat. Lina menerangkan secara tegas untuk tidak memberikan gawai pada anak dalam rentang usia nol-enam bulan.
"Usia nol-enam bulan kalau bisa jangan dulu diperkenalkan. Pada usia satu-dua tahun boleh sedikit-sedikit dikasih lihat tapi jangan lebih dari satu jam," kata Lina dalam bincang-bincang di Kementerian Kesehatan, Kamis (1/8) .
Untuk anak dengan usia di bawah enam tahun, orang tua sudah harus melakukan pengawasan terhadap penggunaan gawai. Sedangkan jika anak di usia enam tahun sudah mulai bermain gim, orang tua harus mengetahui jenis gim apa yang dimainkan anak.
"Di atas enam tahun harus dilihat apa yang dimainkan di ponselnya, pastikan bukan permainan yang bersifat kekejaman atau kekerasan," katanya.
Orang tua juga harus mengetahui aplikasi apa saja yang ada di ponsel anak dan kebiasaan anak dalam menggunakan internet. Jika anak mengakses internet dari komputer, kata Lina, komputer tersebut harus ditempatkan di ruang keluarga dan bukan di kamar anak agar bisa terpantau.
Kecanduan atau adiksi terhadap gim online (daring) bisa mempengaruhi psikis anak jika berlangsung secara terus-menerus dan tidak dibatasi. Dampak psikis yang terjadi pada anak akibat kecanduan gim bisa membuatnya menjadi cemas, mudah tersinggung, dan konsentrasi yang menurun.
Lina menjelaskan kecanduan terhadap gim yang tidak teratasi bisa mengganggu fungsi otak, seperti fungsi kognitif, serta fungsi eksekutif yang berpengaruh dalam proses merencanakan dan menentukan. Selain itu, anak yang ketagihan gim dan memainkannya setiap hari juga bisa menyebabkan interaksi sosialnya memburuk.
"Keterampilan sosialnya bisa berkurang karena sering bermain gim online. Anak bisa menjadi egosentris, individualistik, dan nantinya akan kesulitan bekerja bersama dalam kelompok," kata Lina.