REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat dan praktisi pendidikan Najeela Shihab menilai pendidikan kesehatan reproduksi (kespro) tidak cukup hanya dimasukkan ke kurikulum. Pendidikan kespro, kata dia harus dipastikan terimplementasi dengan berkualitas.
"Modul atau sekadar memasukkan ke kurikulum saja tidak cukup. Harus dipastikan bahwa ini bukan hanya akses belajar atau secara administrasi dilakukan, tetapi terimplementasi dengan berkualitas," kata Najeela pada Republika, Rabu (24/7).
Ia menjelaskan pendidikan kespro juga harus dilakukan oleh pihak lingkungan anak di luar sekolahnya. Pendidikan keluarga dan dukungan terhadap media di luar sekolah sangat penting untuk dilakukan.
Kendati demikian, ia menilai kemampuan guru dan orang tua dalam membuka percakapan dan melakukan pendidikan kesehatan reproduksi juga sangat terbatas. Oleh sebab itu, penting untuk memberikan pemahaman kepada orang tua dan guru terkait mengajarkan pendidikan kesehatan reproduksi dengan tepat.
Menurut dia jika melihat kondisi pada anak-anak dan remaja saat ini, pemahaman mengenai kesehatan reproduksi memang masih sangat minim. Fenomena aktivitas seksual yang tidak sehat dan bertanggung jawab sering terjadi.
Sebelumnya, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) ingin membuat modul untuk sekolah terkait pendidikan kesehatan reproduksi. Terkait hal ini, Najeela menyambut baik.
Namun BKKBN perlu memperhatikan bahwa materi yang diberikan tidak hanya soal pendidikan kesehatan reproduksi namun juga soal esensi hubungan dan seksualitas. "Termasuk juga pengelolaan emosi dan pengembangan diri, pemahaman tentang peran dalam pernikahan, dan lain-lain," kata Najeela.