Jumat 19 Jul 2019 17:26 WIB

Wisatawan Masih Gemar Panjat Batu Uluru Australia

Batu Uluru akan ditutup untuk pemanjatan Oktober 2019.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Indira Rezkisari
Uluru atau juga disebut Ayers Rock
Foto: flickr
Uluru atau juga disebut Ayers Rock

REPUBLIKA.CO.ID, ALICE SPRINGS -- Batu Uluru di Taman Nasional Uluru-Kata Tjuta, Australia, tak pernah sepi pengunjung. Wisatawan datang ke sana untuk menikmati pemandangan atau memanjat ke batu ikonik yang juga dijuluki Ayer’s Rock itu.

Untuk alasan keamanan, baru-baru ini pemerintah Australia menetapkan aturan baru berupa larangan memanjat Uluru. Regulasi itu tidak membuat semangat pelancong surut. Mereka tetap memanjat Uluru sebelum aturan berlaku pada 26 Oktober 2019.

Baca Juga

Pemerintah berharap larangan itu dapat menghentikan wisatawan memanjat Uluru karena sejumlah pemanjatan memakan korban jiwa. Aturan juga menjadi upaya melindungi ekosistem alam Uluru yang rentan dan penting untuk suku asli setempat, Anangu.

Sayangnya, laman Lonely Planet mengulas, larangan justru membuat banyak orang datang dengan dalih melakukan pemanjatan terakhir. Banyak wisatawan datang ke lokasi, mengabaikan tanda larangan demi swafoto dari puncak batu.

Penginapan setempat, Ayers Rock Resort, mengalami lonjakan pengunjung sebesar 51 persen dari 2012 hingga 2018. CEO Voyages, Grant Hunt, selaku pemilik resor mengatakan mayoritas tamunya adalah warga Australia yang ingin memanjat batu.

Sementara, menurut CEO Tourism Central Australia Stephen Schwer, tidak banyak turis internasional yang hendak memanjat Uluru. Mereka justru cemas pemanjatan masih dibuka sampai Oktober. Dia mengatakan, sebagian besar pemanjat adalah pelancong domestik.

Sejak rencana pelarangan memanjat diumumkan akhir tahun lalu, perusahaan penyedia wisata menawarkan beragam cara untuk menikmati Uluru tanpa pemanjatan. Salah satunya, pertunjukan Opera Australia di area terbuka Uluru pada November 2019.

Meski tanpa memanjat batu dan berswafoto di atasnya, destinasi wisata tersebut memiliki pemandangan menakjubkan. Wisatawan bisa menikmati taman nasional, alam liar, juga belajar budaya lokal dari komunitas etnis Anangu.

"Kami ingin mendorong para pelancong untuk mengadopsi pola pikir berbeda dan menjelajahi Uluru dengan cara berbeda," ungkap Schwer, dikutip dari laman Travel and Leisure.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement