Rabu 17 Jul 2019 16:11 WIB

Kiat Tidur Pulas di Malam Hari

Faktor temperatur ruangan ternyata memiliki dampak terhadap kualitas tidur seseorang

Rep: Eric Iskandarsjah Z./ Red: Christiyaningsih
Perempuan tidur. Ilustrasi
Foto: Health
Perempuan tidur. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Tidur merupakan elemen yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Jika ingin menerapkan gaya hidup sehat, maka istirahat cukup merupakan salah satu kuncinya.

Beragam studi menyebut bahwa tidur yang ideal adalah sekitar enam hingga sembilan jam dalam sehari. Tapi tak sedikit orang yang tidak dapat tidur pada malam hari. Bahkan, di Australia 45 persen masyarakatnya mengalami gangguan tidur.

Baca Juga

Berdasar artikel yang ditulis oleh medical director pada Charlottesville Neurology & Sleep Medicine, Christopher Winter, disebutkan faktor temperatur ruangan ternyata memiliki dampak terhadap kualitas tidur seseorang. Menurutnya, temperatur yang paling optimal adalah sekitar 15 hingga 19 derajat celcius.

Berdasarkan penelitian jika seseorang tidur dengan suhu lebih tinggi atau lebih rendah dari angka tersebut, maka dapat memberi berdampak negatif pada kualitas tidurnya. Dalam penelitian itu, ia melibatkan atlet profesional untuk memastikan hubungan antara temperatur ruangan dengan kualitas tidur seseorang.

“Sejak saya melakukan penelitian pada 2005 dengan atlet, temperatur merupakan hal utama yang dibicarakan dalam diskusi soal tidur,” kata Winter. Ia pun menyimpulkan temperatur di bawah 12 dan di atas 23 derajat celcius akan mengganggu kualitas tidur seseorang.

Risetnya pun telah terkonfirmasi oleh University of South Australia’s Centre for Sleep Research. Bahkan, dalam studi yang dipimpin oleh Cameron Van den Heuvel, disebut bahwa tidur dalam temperatur yang sejuk dapat membantu tubuh dalam menurunkan temperatur inti tubuh.

“Pada orang dengan kondisi normal, sekitar satu hingga satu setengah jam sebelum tidur tubuh mulai melepaskan panas sehingga memicu rasa lelah. Sedangkan pada orang dengan maslah insomnia, hal yang terjadi justru sebaliknya,” kata Heuvel dikutip dari Body and Soul.

Sejumlah studi menyebut bahwa suhu rendah juga juga memiliki dampak positif lain bagi tubuh. Sebuah artikel yang dipublikasikan pada 2014 menyebut temperatur rendah dalam ruangan juga mampu menekan risiko masalah metabolisme seperti diabetes.

Tak hanya itu, beberapa studi juga menyebut bahwa hal ini juga dapat membuat seseorang jadi tampak awet muda. Ini karena saat seseorang tidur dalam temperatur yang hangat, hal ini akan menghalangi pertumbuhan hormon melatonin yang merupakan elemen penting dalam anti penuaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement