REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Anak-anak penyandang autisme kerap kali mengalami tantrum. Henny Ma’rifah dari Divisi Pengembangan Anak Spesial Rumah Autis cabang Gunung Putri mengatakan tantrum bisa disebabkan karena berbagai macam hal.
Beberapa di antaranya karena lapar, menginginkan sesuatu, merasa panas, dan tidak nyaman namun mereka tidak bisa menyampaikannya. Terkadang mereka juga ingin menghindari tugas yang diberikan oleh guru mereka.
“Jadi mereka pikir dengan tantrum, ibu guru enggak ngasih tugas,” kata Henny saat ditemui di Gunung Putri, Kabupaten Bogor, beberapa waktu yang lalu.
Ketika anak autisme tantrum, yang harus dilakukan adalah jangan panik. Orang tua harus melihat apa penyebab tantrumnya. Jika tantrumnya tidak membahayakan diri sendiri dan orang sekitarnya, tempatkan anak tersebut di ruangan yang tenang dan diawasi dari jauh.
“Kalau sudah berhenti menangisnya, baru kita dekati. Jangan sampai pas anak tantrum kita panik, apalagi dengan suara tinggi itu akan membuat tantrumnya tambah tinggi,” ujarnya.
Selain itu, Henny juga mengimbau orang tua harus tegas dalam penerapan aturan boleh dan tidak boleh. Termasuk memberi pengertian kapan waktunya boleh dan tidak boleh. Orang tua juga harus konsisten agar anak tidak menjadi bingung.
Rumah Autis telah aktif membina anak-anak berkebutuhan khusus sejak Desember 2004. Saat ini mereka memiliki 220 anak berkebutuhan khusus yang tersebar di tujuh cabang di Jabodetabek dan Karawang.
Henny Ma’rifah mengungkapkan anak-anak berkebutuhan khusus paling banyak saat ini di Rumah Autis adalah penyandang autisme dan intellectual disability. Ada juga sebagian kecil anak penyandang Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
Ada 16 sampai 20 anak berkebutuhan khusus dan lima guru yang berada di Rumah Autis cabang Gunung Putri. Henny mengatakan ada beberapa anak yang memang sudah diobservasi, tetapi belum dipanggil.
Ini karena Rumah Autis cabang Gunung Putri masih menunggu jadwal guru yang bisa membimbing anak-anak berkebutuhan khusus tersebut. Henny mengakui mereka kekurangan tenaga pengajar anak berkebutuhan khusus.