REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sikap kelompok masyarakat yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari selalu menarik diulas dalam karya seni. Debat terbuka yang semasa pemerintahan orde baru menjadi suatu yang langka, kini menjadi pemandangan setiap hari, meski tanpa harus berkesimpulan.
Miniatur hiruk pikuk dalam kehidupan sosial masyarakat itu diungkap Seno Gumira Ajidarma dalam cerpennya, "Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi" yang kini dapat dinikmati di layar lebar. Cerpen dengan judul yang sama ini sebelumnya pernah tampil dalam bentuk FTV. Namun, hasilnya masih kurang memuaskan.
"Saya sekarang puas karena baru bisa tertawa," kata Seno, ketika berkunjung ke FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta, Selasa (9/7).
Film komedi situasi "Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi" mengisahkan kehebohan di sebuah kampung sempit di tengah kota Jakarta. Warga setempat dikejutkan dengan kedatangan seorang wanita cantik bernama Sophie (diperankan Elvira Devinamira, Puteri Indonesia 2014), yang kos di kediaman pak RT Muchus (diperankan Mathias Muchus).
Kedatangan Sophie di kampung tersebut terkait recananya menyelesaikan thesis pascasarjananya di Inggris. Sikap Sophie yang selalu bernyanyi setiap kali mandi sontak menuai kontroversi di lingkungan tersebut, terutama bagi kaum pria. "Mereka jadi kasak kusuk ingin tahu ada tamu baru yang tinggal di rumah pak RT," kata Mathias Muchus.
Sikap para lelaki ini sudah tentu menuai protes dari para istri mereka. Aksi demopun berlangsung yang mnuntut agar Sophie segera diusir dari kampung mereka. "Akhirnya Sophie terusir juga, bersikap legowolah," kata Muchus.
Elvira sendiri mengakui dalam film komedi yang sebagian besar pemainnya adalah seniman Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ini dirinya jatuh cinta dengan lingkungan tersebut. Banyak pesan yang disampaikan dalam pergaulan, seperti menerima perbedaan sikap, dan menghargai orang lain.
"Para pemainya bukanlah pelawak atau komika, namun mereka mampu tampil lucu," katanya.
Menurut rencana gala premier film yang menghabiskan waktu syuting sekitar 2 bulan tersebut akan berlangsung 12 Juli di Epicentrum, Kuningan Jakarta. Tayang perdana mulai dilakukan 18 Juli mendatang. Lokasi Syuting sebagian besar dilakukan di kawasan Kuningan Jakarta dan Bali.
Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fisip UMJ, Dr Fal. Harmonis menilai kehadiran film komedi seperti ini layak menjadi tontonan meski harus menontonnya dengan cerdas. Aspek filosofis, historis, sosiologis dan yuridis, coba diangkat dalam film ini melalui dialog kritik sosial, perbedaaan menerima pendapat hingga sikap mereka dalam menghadapi isu.