Selasa 02 Jul 2019 02:01 WIB

Diet Rendah Karbo Baik untuk Kesehatan Mental

Diet rendah karbohidrat disebut berpotensi mencegah gangguan kejiwaan

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pelaku diet
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Pelaku diet

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketertarikan pada diet rendah karbohidrat dan ketogenik terus meningkat karena dapat membantu masalah kesehatan fisik. Namun, apa pengaturan pola makanan ini juga bisa memberikan efek pada kesehatan mental?

Diet rendah karbohidrat memiliki potensi luar biasa dalam pencegahan dalam gangguan kejiwaan. Untuk orang dengan depresi, kegelisahan, gangguan bipolar, ADHD, gangguan psikotik, PTSD, gangguan spektrum autisme dan gangguan kejiwaan lainnya yang memilih untuk tidak minum obat, tidak membaik dengan obat, tidak dapat mentolerir atau membeli obat, hanya mendapat sebagian manfaat dari obat, atau memiliki efek samping yang mengganggu dari pengobatan, mencoba diet rendah karbohidrat bisa membantu.

Baca Juga

Disamping itu diet rendah karbohidrat aman untuk dilakukan pada banyak orang dan menyebabkan perbaikan signifikan dalam gejala kejiwaan. Menurut pendapat psikiater spesialis nutrisi Georgia Ede menyatakan, banyak manfaat potensial dari menerapkan pola diet itu, ketimbang efek samping yang didapatkan.

Manfaat positif dari jenis diet ini didorong dari efek meningkatkan pengaturan gula darah. Ede menjelaskan, semakin tinggi gula darah, maka semakin tinggi gula di otak. Setiap kali gula darah naik ke tingkat yang tidak sehat, artinya akan membanjiri jaringan otak dengan glukosa berlebih. 

"Ada banyak cara kadar glukosa tinggi beracun bagi sel-sel otak, termasuk pembentukan protein lengket dan disfungsional yang disebut "Produk Akhir Glikasi Lanjutan" atau AGEs. Diet rendah karbohidrat sangat efektif menurunkan kadar glukosa darah. Lindungi neuron berharga Anda dari glukotoksisitas," ujar Ede, dikutip dari PsychologyToday, Selasa (1/7).

Selain itu, diet rendah karbohidrat menurunkan kadar insulin dalam darah. Kadar insulin yang terus-menerus atau berulang kali tinggi dapat menyebabkan reseptor insulin pada permukaan otak menjadi resisten terhadap insulin. Berarti, itu membuat reseptor tersebut dapat menjadi rusak, tidak peka, dan berkurang jumlahnya.

Dengan lebih sedikit reseptor insulin sehat dan responsif pada permukaan bagian otak untuk mengawal insulin ke otak, kadar insulin di dalam otak akan turun. Insulin otak yang rendah berbahaya karena sel-sel otak membutuhkan insulin untuk memproses glukosa dan mengubahnya menjadi energi. 

Masalah pemrosesan glukosa yang lamban ini disebut "hipometabolisme glukosa serebral", dan merupakan faktor risiko utama untuk gangguan neurodegeneratif seperti penyakit Alzheimer dan Parkinson. Diet rendah karbohidrat bisa sangat membantu dalam menurunkan kadar insulin dalam darah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement