Sabtu 29 Jun 2019 07:00 WIB

Pacitan KLB Hepatitis A, Kenali Gejala Infeksinya

Pacitan berada dalam KLB Hepatitis A sejak 25 Juni dengan 800 warga terjangkit.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Pasien penderita Hepatitis A menjalani rawat inap di tempat-tempat tidur darurat (velt bed) di Puskesmas Ngadirojo, Pacitan, Jawa Timur, Kamis (27/6/2019).
Foto: Antara/Destyan Sujarwoko
Pasien penderita Hepatitis A menjalani rawat inap di tempat-tempat tidur darurat (velt bed) di Puskesmas Ngadirojo, Pacitan, Jawa Timur, Kamis (27/6/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang yang terinfeksi virus hepatitis A akan merasakan gejala common cold seperti orang yang mengalami gejala flu. Badannya terasa sakit, timbul mual dan kadang disertai muntah, nafsu makan menurun, dan lemas.

Penderita juga merasakan nyeri di perut kanan atas. Prof dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH menjelaskan, rasa itu muncul karena peradangan liver, organ yang sebagian besar berada di perut kanan atas.

Baca Juga

Ari mengungkapkan, mereka yang terinfeksi hepatitis A ketika menjalani pemeriksaan laboratorium akan menunjukkan peningkatan kadar bilirubin dan peningkatan yang tinggi dari SGOT dan SGPT. Pemeriksaan antibodi terhadap virus hepatitis A (anti HAV) akan memastikan bahwa seseorang tersebut terjangkit infeksi hepatitis A.

"Masa inkubasi atau masa masuknya penyakit sampai timbul gejala berlangsung antara dua sampai enam minggu," jelas Ari yang menjabat sebagai dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Menurut Ari, orang yang terjangkit hepatitis A bisa sembuh total. Syaratnya, penderita harus istirahat total.

"Obat-obat yang diberikan sifatnya hanya menghilangkan gejala yang muncul, misalnya, jika diare diberikan obat antidiare, kalau mual diberikan antimual, jika demam diberikan obatanti demam, jika lemas diberikan vitamin, dan asupan makannya diperhatikan," jelas Ari yang juga konsultan gastroenterologi hepatologi.

Obat suplemen hati kadang kala diberikan untuk mengurangi peradangan hati. Sementara itu, penderita hepatitis A perlu diisolasi.

"Jangan tidur sekamar dengan orang sehat, di rumah sakit pun biasanya pasien tidur hanya sendiri di kamar dan dipisah dengan pasien lain," kata Ari.

Sebagian penderita hepatitis A memang tidak perlu dirawat di rumah sakit. Tetapi, jika mereka mengalami mual dan muntah dan tidak mau makan, sebaiknya memang dirawat untuk mendapat infus cairan dan makanan.

Ari mengungkapkan infeksi hepatitis A tidak bisa berubah menjadi hepatitis B karena virus penyebabnya berbeda. Meski begitu, Ari tidak memungkiri kemungkinan penderita mengalami dua macam infeksi, yaitu infeksi virus B dan A, secara bersamaan.

"Oleh karena itu, kalau pernah divaksinasi oleh vaksin hepatitis B, tidak berarti juga sudah terlindungi dari infeksi virus hepatitis A," ujarnya kepada Republika.co.id, Jumat (28/6).

Ari menjelaskan, pencegahan yang terpenting dari risiko terjangkit hepatitis A adalah hidup sehat dengan makan yang teratur dan cukup gizi, istirahat cukup, dan banyak mengkonsumsi buah dan sayur-sayuran. Ia juga mengingatkan agar masyarakat selalu mencuci tangan pakai sabun dengan rutin, baik sebelum dan sesudah makan serta setelah keluar dari toilet.

"Ingatlah, penyakit ini menular melalui makanan dan minuman," kata Ari.

Khusus untuk yang mengurus orang sakit hepatitis A, Ari menyerukan agar mereka menjaga daya tahan tubuhnya dengan baik. Kalau perlu, konsumsi suplemen vitamin atau mineral.

Menurut Ari, vaksinasi hepatitis virus A sebaiknya diberikan bagi orang yang memang akan berkunjung pada daerah yang sedang terjangkit KLB atau wabah. Dapatkan vaksinasi dua pekan sebelum berada di lokasi terjadinya KLB.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement