Sabtu 08 Jun 2019 21:23 WIB

Berhati-hatilah Ungkap Suasana Hati di Depan Anak

Ketika sedang stres atau emosi, orang tua jangan sembarangan ungkap di depan anak

Rep: Desy Susilawati/ Red: Christiyaningsih
Jangan sembarangan mengungkapkan suasana hati di depan anak./Ilustrasi
Foto: cloudfront.net
Jangan sembarangan mengungkapkan suasana hati di depan anak./Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika mengalami hari yang sulit atau sedang tidak dalam suasana hati yang terbaik, sebagai orang tua sebaiknya Anda berhati-hati. Jangan pernah mengungkapkan perasaan hati di depan anak-anak Anda.

Ketika orang tua stres atau berurusan dengan masalah emosional, mereka harus ekstra hati-hati tentang apa yang mereka katakan dan bagaimana mereka bertindak di rumah. Tujuannya agar seperti kecemasan, kemarahan atau depresi yang dirasakan orang tua tidak memengaruhi anak-anak mereka.

Baca Juga

"Anak-anak lebih mudah memahami suasana hati orang tua mereka," ujar Pendiri Gordon Parenting, Odette Umali, seperti dilansir Asia One.

Menurutnya ketika anak melihat orang tua stres, lelah, marah, kesal atau jengkel, mereka tidak bisa mengalami energi negatif itu juga. Jika itu terjadi cukup sering, negativitas ini dapat memengaruhi perkembangan emosi dan kognitif anak-anak.

Pada saatnya, orang tua mungkin menemukan bahwa anak-anak tidak lagi ingin menghabiskan waktu bersama orang tua. Mereka mungkin berhenti berbagi masalah dengan orang tua atau sulit mengekspresikan diri secara lisan dirumah.

Menurut Florence Huang, seorang psikolog yang berbasis di Hong Kong, anak-anak khususnya yang lebih muda melihat orang tua mereka sebagai panutan. Anak-anak juga cenderung meniru perilaku orang tuanya.

Ketika orang tua mengungkapkan emosi negatif, anak-anak mereka dapat menginternalisasi perilaku ini dengan atau tanpa menyadarinya. "Anak-anak mungkin mengalami emosi negatif ini sebagai latar belakang kemarahan," ujar Huang.

Menurutnya, usia dan tingkat perkembangan anak akan menginternalisasi pengalaman itu secara berbeda. Balita dan anak-anak kecil dapat bereaksi dengan menunjukkan kemarahan atau kesusahan diri mereka sendiri. Sementara yang lebih tua seperti anak-anak sekolah dapat menarik diri secara emosional atau cenderung bereaksi ketika dihadapkan pada emosi negatif.

"Ketika keadaan mengalami kemarahan dan agresi di rumah ini berkepanjangan, harga diri anak-anak mungkin terpengaruh yang mengarah pada menyalahkan diri sendiri dan perasaan malu, terhina dan tidak berdaya," jelas Huang.

Lim Boon Leng, seorang psikiater di Pusat Kesehatan Psikologis Dr BL Lim di Singapura, setuju anak-anak kecil lebih rentan terhadap suasana hati orang tua mereka daripada yang lebih tua. "Anak-anak di bawah tiga tahun masih belajar tentang pengaturan emosional, jadi jika orang tua mereka menunjukkan ketidakstabilan emosional mereka dapat bereaksi dengan cara yang sama," ungkap Lim Boon Leng.

Anak-anak akan menangis lebih sering dan tidak terkendali, melampiaskan kemarahan, atau menunjukkan ketakutan atau kecemasan yang berlebihan. Mereka bahkan mungkin bertindak lebih melekat terhadap orang tua mereka, mengembangkan fobia, atau memiliki masalah makan atau tidur.

Lim menambahkan bahwa dalam situasi ekstrem di mana salah satu atau kedua orang tuanya secara emosional tidak dapat diprediksi atau sering mengalami perubahan suasana hati, anak-anak dapat mengalami trauma psikologis. Anak juga dapat tidak stabil secara emosional. Anak-anak ini berisiko lebih tinggi mengalami depresi, gangguan kecemasan, dan penyimpangan dalam kepribadian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement