REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian laki-laki mungkin berkeinginan untuk menggunakan steroid demi membentuk penampilan yang lebih maskulin dan kekar. Bila Anda salah satu di antaranya, sebaiknya Anda berpikir ulang.
Penggunaan steroid yang rutin dan dalam jangka panjang sudah diketahui berkaitan dengan beberapa efek samping dan risiko kesehatan. Contohnya adalah jerawat, rambut berminyak hingga peningkatan risiko kanker prostat dan penyakit jantung.
Di samping itu, salah satu risiko yang mungkin muncul akibat penggunaan steroid rutin pada laki-laki adalah infertilitas atau ketidaksuburan reproduksi. Infertilitas ini dilihat dari tidak adanya sperma pada air mani.
Berdasarkan penelitian, penggunaan steroid dapat membuat otak laki-laki berpikir bahwa testis terlalu banyak memproduksi sperma. Akibatnya, otak akan memerintahkan kelenjar pituitari untuk berhenti memproduksi hormon yang membuat sperma.
"Saya bisa katakan ada lebih banyak pengguna steroid anabolik yang kemungkinan menjadi steril dibandingkan yang Anda pikirkan, 90 persen mungkin," ungkap Profesor Allan Pacey dari University of Sheffield.
Allan menilai sebuah hal yang ironis ketika laki-laki pergi ke gym dan menggunakan steroid agar terlihat menarik. Namun di saat yang sama penggunaan steroid tersebut justru menurunkan kesuburan mereka.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Dr James Mossman dari Brown University. James mengatakan ada cukup banyak laki-laki berotot yang datang ke tempat prakteknya untuk dites kesuburan.
"Beberapa laki-laki datang untuk mengetes kesuburan mereka dan para laki-laki ini bertubuh besar," jelas Mossman.
Penggunaan steroid anabolik mungkin dapat membantu laki-laki untuk mendapatkan bentuk tubuh yang kekar dan menarik. Namun di balik itu, ada risiko cukup besar yang harus dipertimbangkan dengan seksama, dilansir dari Men's Health.