Jumat 03 May 2019 13:22 WIB

Dampak Positif Bacakan Dongeng ke Anak

Membacakan dongeng efektif bangun kedekatan orang tua-anak.

Rep: Santi Sopia/ Red: Indira Rezkisari
Guru membacakan buku dongeng kepada anak-anak saat melakukan kunjungan ke Perpustakaan Nasional, Gambir, Jakarta, Selasa (10/4).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Guru membacakan buku dongeng kepada anak-anak saat melakukan kunjungan ke Perpustakaan Nasional, Gambir, Jakarta, Selasa (10/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Membaca dongeng bukanlah suatu hal yang baru di masyarakat. Dongeng identik dengan dunia anak.

Tidak hanya menghibur, dongeng juga memiliki banyak manfaat lainnya. Kegiatan membaca dongeng dapat meningkatkan dan mempererat ikatan antara ibu dan anak. Tentunya akan mempengaruhi tumbuh kembang anak, baik itu perkembangan sosial emosi maupun kognitif.

Baca Juga

Menurut Psikolog anak, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, dongeng juga dapat mengembangkan daya imajinasi anak, memperkaya kosa kata dan meningkatkan keterampilan bahasa, kemampuan mendengarkan serta merangsang kreativitas. Hanya, perlu ada kedekatan (bonding) sentuhan fisik saat membacakan dongeng.

"Bonding time sebenarnya momen di mana kedekatan, kerekatan antara ibu dan anak terjalin. Aktivitas binding tentunya banyak, termasuk membacakan dongeng," ujar Vera dalam acara peluncuran Nivea Sentuhan Ibu "Mendongeng untuk Indonesia, di Perpusnas, Kamis (2/5).

Akibat sentuhan fisik, interaksi saat membacakan dongeng itu, maka akan terjalin hubungan emosional yang kuat. Sehingga dampak positifnya pun bisa dirasakan jangka panjang. B

anyak penelitian, menurut dia, menunjukkan bahwa sentuhan fisik dapat melepaskan hormon oksitosin. Anak jadi merasa rileks, kemudian terjalin hubungan emosi yang kuat.

Dampaknya, mulai dari menimbulkan rasa ingin tahu tinggi, mandiri, sosok anak menjadi teman menyenangkan, jadi pemimpin, bisa beronteraksi dengan orang dewasa. Sebaliknya, jika kerekatan anak dengam orang tua buruk, anak berpotensi menempel, menuntut, gelisah, cemas, tidak percaya kepada orang lain, merasa ragu disayangi ortu atau tidak.

Waktu bonding bagi anak perempuan maupun laki-laki sebenarnya sama. Ortu bisa mencari waktu yang tepat untuk membacakan dongeng saat anak maupun ibu dalam kondisi rileks.

"Tidak ada setoran cucian, setrikaan. Bisa kapan saja, misalnya saat mau tidur, bisa di mana saja, di rumah, jalan saat macet. Cerita dalam mendongeng juga bisa dikembangkan," lanjut Vera.

Waktu membacakan dongeng efektif untuk anak usia 0-5 tahun, sementara usia sekolah dan remaja biasanya sudah mulai memiliki dunia-nya sendiri. Vera menyarankan membacakan dongeng memang bisa praktis dari e-book, namun perlu diseimbangkan dengan bacaan yang berasal dari paper atau buku.

Merek perawatan kulit ternama, Nivea diklaim memiliki perhatian khusus terhadap keluarga. Nivea Sentuhan lbu meluncurkan kampanye "Mendongeng untuk Indonesia" bekerjama dengan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Nivea mendonasikan 250 buku untuk Perpusnas dan perpustakaan di daerah, serta iPusnas dalam bentuk e-book. Program ini bertujuan untuk mempromosikan pentingnya meningkatkan bonding time antara ibu dan anak melalui kegiatan membaca

dongeng.

Nivea mendukung ibu untuk terus menguatkan bonding time dengan anaknya melalui membaca dongeng. "Kami juga menyelenggarakan serangkaian kelas membaca dongeng dengan para ahli di beberapa kota di Indonesia," ujar Marketing Manager Skin Care PT Beiersdorf Indonesia, Diana Riaya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement