Senin 22 Apr 2019 16:22 WIB

Kue Klasik Masih Jadi Primadona Kuliner Lebaran

Sejak akhir Januari produsen kue sudah mulai memproduksi kue klasik Lebaran.

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Indira Rezkisari
Kue Lebaran.
Foto: Antara.
Kue Lebaran.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri identik dengan aneka jenis kue yang tersaji untuk menjamu tamu. Deretan toples menghiasi meja menambah manisnya momen berkumpul dengan keluarga besar.

Nastar, kastangel, putri salju, sagu keju bahkan bisa dibilang menjadi camilan wajib di momen Lebaran. Tak lengkap rasanya jika kue kering dengan cita rasa masing-masing itu tidak tersedia di rumah-rumah.

Baca Juga

General Manager JnC Cookies Farhan Basyir juga memprediksi kue klasik ini masih menjadi primadona untuk kuliner Lebaran tahun ini. Gurihnya keju dalam kastangel, selai nanas dalam nastar, hingga manisnya putri salju masih mendominasi pilihan konsumen.

"Biasanya memang yang klasik tetap jadi juara kayak kastengel, nastar, putri salju, lidah kucing tetap jadi primadona. Karena pikiran orang namanya Lebaran tetap maunya ada nastar, kastengel, putri salju," kata Farhan dalam Media Gathering di Jalan LRRE Martadinata, Kota Bandung, Senin (22/4).

Ia menuturkan kue klasik ini memamg masih mendominasi sebagian besar penjualan kue Lebaran. Karenanya produksinya pun jauh lebih diperbanyak untuk varian tersebut. Tak tanggung-tanggung bahkan sejak akhir Januari kemarin pihaknya sudah mulai memproduksi jenis-jenis kue klasik yang selalu laris diserbu konsumen.

Meski demikian, ia mengaku JnC Cookies tetap mengeluarkan varian rasa baru. Ini untuk memberikan nuansa baru bagi konsumen yang disesuaikan dengan rasa yang tengah populer.

Ada tiga varian yang akan diperkenalkan ke pasar pada Lebaran tahun ini. Yakni Milo Cookies, Choco Mede Spesial, dan Crispy Chese. Milo, cokelat, dan keju masih menjadi idaman di lidah masyarakat.

"Kita melihat tren ya. Milo kemarin juga sempat happening banget. Kita membuat sesuatu yang lagi happening di masyarakat. Kita rasa ini mewakili makanan masa kini. Milo diapain pasti laku-laku saja," tuturnya.

Menurutnya varian baru ini bukan untuk mengganti rasa lama yang sudah jadi incaran pembeli. Tapi lebih untuk memberikan nuansa baru pada konsumen. Ia menyebutkan ada tipikal konsumen baru yang ingin mencoba rasa-rasa yang tidak umum di pasaran. Begitupun ada pembeli loyal tapi bosan dengan produk sebelumnya.

Ia berharap dengan adanya varian baru ini bisa membantu mendongkrak target penjualan yakni kenaikan 40 persen dari tahun sebelumnya. Apalagi momen Lebaran biasanya menjadi puncaknya pembelian kue kering atau sekitar 80 persen penjualan dalam satu tahun.

"Untuk produksi kami bisa 500-600 dus per hari dan pasar paling besar memang Jabodetabek dan Jawa Barat," ucapnya.

Ia mengatakan meskipun ada kenaikan harga dibanding sebelumnya, tapi tidak terlalu signifikan. Hal ini dikarenakan bahan baku kue yang ada di pasaran juga naik. Tapi dibanding produk kue kering lainnya, kenaikan masih dalam taraf normal sehingga tidak menyurutkan niat konsumen membeli.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement