Kamis 18 Apr 2019 05:00 WIB

Kisah Adu Kuat Polisi dan Teroris dalam Police Evo

Police Evo adalah film garapan Malaysia yang melibatkan aktor dan aktris Indonesia

Rep: Eric Iskandarsjah Z./ Red: Christiyaningsih
Tanta Ginting, Raline Shah, dan Mike Lucock yang memebintangi film Police Evo.
Foto: Republika/Shelbi Asrianti
Tanta Ginting, Raline Shah, dan Mike Lucock yang memebintangi film Police Evo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mata-mata dan sabu-sabu, kurang lebih hal itulah yang ditonjolkan dalam film Police Evo. Film yang mulai tayang di bioskop Indonesia pada 18 April ini merupakan proyek garapan Malaysia yang melibatkan sejumlah pemain Indonesia. Artis-artis Tanah Air yang terlibat di Police Evo yaitu Raline Shah, Tanta Ginting, dan Mike Lucock.

Film ini menceritakan upaya pemerintah Malaysia untuk meringkus teroris yang juga merupakan pemasok sabu-sabu. Raline Shah dalam film ini berperan sebagai Rian, anggota Kepolisian Indonesia dan sedang menjadi mata-mata.

Baca Juga

Sejumlah scene dari film ini mengambil latar di Kuantan, Pahang. Untuk pemeran dari Malaysia yang berkontribusi di antaranya adalah Shahaeizy Sam, Zizan Razak, dan Hasnul Rahmat.

Plot dalam film ini cukup menarik. Twist pertama yang dihadirkan adalah saat atasan Rian ternyata berpihak pada lawan. Hal ini terungkap setelah atasan itu ternyata menjadi sosok yang membocorkan informasi setiap terjadi penggerebekan.

Setelah itu, Rian menjalankan operasinya seorang diri. Akan tetapi ia pun hampir ditawan oleh Kepolisian Malaysia karena ia dikira merupakan bagian dari lawan.

Film ini menyajikan adegan laga yang cukup mendebarkan. Dentuman-dentuman ledakan bom dan senjata laras panjang hampir selalu menghiasi film dengan durasi sekitar 120 menit tersebut. Dalam film yang disutradarai oleh Joel Soh dan Andre Chiew tersebut disisipkan adegan ‘hantu’ yang  membuat penonton terkejut.

Puncak ketegangan disajikan saat ada perundingan alot antara teroris dan pemerintah Malaysia. Pimpinan teroris menawarkan sebuah pertukaran sandera. Pemerintah Malaysia keberatan menyepakatinya. Akan tetapi ada ratusan masyarakat di sebuah pulau fiksi yang dijadikan sandera. Nyawa mereka akan terancam jika transaksi ini tak direalisasikan.

Kepelikan pun terjadi apalagi teroris itu telah melengkapi pulau tersebut dengan radar yang membuat pasukan khusus kesulitan menyusup. Alhasil, adu senjata hanya dilakukan oleh pasukan yang sudah berhasil menyusup sebelumnya. Jumlah pasukan dan senjata yang terbatas pun membuat pertempuran semakin sengit. Beberapa kali penonton juga disuguhi pertarungan tangan kosong nan apik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement